MANUSIA DAN AMBISI KURSI DPRD
Unknown
09:19
Jika Disiplin Ilmu Tidak di Tegahkan maka Menciptakan
D5P. (Datang, Duduk, Diam, Dengar, Duit dan Pulang.
Terbayang di nun jahu di negeri orang ketika mendengar realitas hidup di alamku Intan Jaya yang akan menghapi pesta demokrasi kursi DPRD yang pertama sekali pemilihan yang umum, bebas, rahasia yang menentukan pemimpin Intan Jaya secara hati nurani. Isu hangat membakar semangat untuk merahinya pun sudah sedang dan akan terus dirancang. Ambisi untuk mencapi kursi DPRD Intan Jaya dari rumah-ke rumah pun isu hangat dibicarakan dalam rumah dan di luaar rumah. Dalam situasi itu pun manusia mulai berbicara ini dia orangnya dan itu bukan orangnya.
Diam membisu mendengar isu perkembangan politik tetang pemilihan DPRD Kabupaten Intan Jaya yang pertama sekali yang dapat memanas sehingga para pemimpin partai pun tidak berdiam diri dalam ruang tertentu, tetapi mulai mempersiapkan kadernya yang terbaik untuk siap berperang mengerut suara melalui partainya untuk itu mereka mulai menyusung anak panah untuk siapa yang maju dan siapa yang tidak maju pun tercium dan terdengar alam dan manusia. Visi dan misi pun sudah, sedang dan akan rancang untuk mengerut masa. Apa si yang mau di capai melalui DPRD? Benakku menyeret di arena sandiwara politik DPRD dengan berbagai pertanyaan demi pertanyaan nun jahu di negeri orang.
Dalam refleksi terlitnas argument demi argument dengan jawaban ketidakpastian asumsi yang tidak pada tempatnya untuk menemukan jawaban pasti. Banyak orang mempunyai ambisi menjadi DPRD. Dan boleh saja menjadi DPRD Tetapi yang menjadi persoalan adalah bisakah seorang masyarakat dengan pendidikan SD atau SMP bisa menyusun program kerja yang baik untuk keperpihakan kepada masyarakat. Jangan bermimpi menjadi seorang DPRD sementara argument tanpa tulisan tidak menghasilkan sesuatu atau menunjukan keperpihakan dalam visi dan misi yang menjadi orentasi dan runjukan dalam kinerja nanti setelah menjadi DPRD. dan lebih para lagi tidak bisa membuat sesuatu yang berguna. Atau mungkin DPRD temapatnya mendapat uang banyak, mobil banyak. Dan dengan uang bisa menyelesikan persoalan atau masalah yang berkembang dalam masyarakat.
Persoalan di atas itu hal biasa dan manusiawi tetapi yang lebih penting untuk menaklukan persoalan perkembangan membutuhkan manusia yang memang handal dan tahan uji dalam berbagai situasi yang sudah siap pakai dari sisi budaya, adat istiadat,dan perkembangan sesuai dengan disiplin pendidikan minimal D3. Hal demikianlah yang bisa mendeteksi perkembangan pembangunan manusia dan alam intan jaya secara keseluruhan dimensi kehidupan realitas hidup.
Analisa jangan sampai yang menjadi DPRD mengunakan dimensi strategis dari orang di luar Intan Jaya datang dapat menysitir orang dalam intan Jaya yang sama sekali tidak sama sekali tahu tentang adat dan budaya setempat, dari sisi lain juga DPRD mampu menaklukkan, dalam hal ini kapitalisme menyodorkan sejumlah uang dan terlena dan termakan akhirnya orentasi tidak jelas dan visi dan misi pun tidak jelas akhirnya uang pun di terima dan kapitalisme di persilahkan masuk hanya karena melihat uang. Untuk itu manusia yang dengan perpendidikan SMP tidak perluh diterima justru menghanculkan pembangunan dan manusia intan jaya nanti, walaupaun pola berpikir sudah matang tetapi untuk mengkonsepkan pembangunan amat sulit sehingga orang lain yang akan diperalatkan.
Saya lebih mendukung note yang dinaikan di facebook dengan argument saudara Paskalis Belau dengan mengatakan. Calon DPRD Kabupaten Intan Jaya tanpa orientasi ke depan yang jelas. Sejak jadwalkn pendaftaran bakal calon DPRD rekruitman bakal calon tanpa orientasi yangg jelas agar dan untuk memenuhi partai tanpa pengader partai. Intan jaya saat Ini banyak bakal calon yang maju rata-rata dari pendidikn SLTA. Sayangnya mereka maju orientasi mobil kaca gelap dan beristri lebih dari satu. sayang hal ini bertentangan dengan prosedur hukum. Sebenarnya fungsi DPRD adalah mengaspirasi keluhan masyarakat daalm keterlibatan pembangunan serta kawali kinerja pemerinta dalam pembangunan. dalam kenyataan orientasi materialism semata seperti: mobil kaca gelap dan prempuan, sementara program kerja tidak jelas maka perlu ada masukan dari berbagai kalangan. Apa yg di aspirasikn oleh DPRD sementara yang ada dan ada adalah aspirasi datang, duduk, dengar, duit lalu bar bir dan bor.
Memang tidak salah note saudara paskalis Belau yang di naikan note di atas. Pernyataan itu membangun kesadaran manusia yang berambisi kursi DPRD. Manusia dengan orentasi demikian akan menciptakan konflik holisontal dan vertical karena hanya tahu berbicara tetang keperpihakan kepada masyarakat tetapi berbicara tanpa konsep yang jelas sama saja mematikan pembangunan. Lebih parah lagi manusia yang mengandalkan masa untuk menduduki jabatan DPRD menyuarakan hak-hak masyarakat tetapi iya membalik telapak tangan dan melihat penderitan rakyatnya menjadi hal yang biasa-biasa. Justru mereka diangat untuk menyurakan hak-hak mereka tetapi itu tidak di lakukan tetapi hanya menciptakan mental korupsi karena memang mau buat apa dan mau lakukan apa yang tidak ada konsep ko yang jelas cecara tertulis.
Waspada, manusia model itu bisa juga menghanculkan pola perkembangan dan penyelamatan pembangunan manusia dan alam akan hancul. Untuk itu, manusia harus sadar bahwa pembangunan membutuhkan manusia yang bisa membagun dangan mengkonsepkan sesuatu yang menyelamatkan. Jika tanpa konsep sama saja manusia model itu yang menjadi biang keladi untuk datang, duduk, diam, dengar duit dan pulang tanpa fungsi kerja yang jelas.
Demi mengantisipasi hal demikian manusia harus mendeteksi dengan orentasi pembangunan bahwa manusia DPRD ini yang bisa dan kinerjanya yang jelas, criteria yang jelas demi keselamatan Kabupaten Intan Jaya. Jangan sampai sulit untuk dapat mengkonseptualisasikan dalam realitas hidup akhirnya korbannya adalah masyarakat jelata yang tidak tahu sama sekali dengan dunia perkembangan. Pada perkembangan di era praneter ini masyarakat berada pada tarap berpikir yang skeptis dengan perkembangan. Sebab perkembangan menjadi korban kekerasan terhadap mereka. Untuk melwan itu musti manusia yang mampu melawan arus perkembangan harus memilih manusia yang berpendidikan memadai untuk mampu menghadapi realitas yang terus berkembang di era praneter ini.
Persoalan yang dipersoalkan adalah Jangan sampai kita memilih manusia yang orentasinya tidak jelas visi dan misi tidak jelas dan hanya orentasinya Datang, Duduk, Dengar,diam, Duit, dan Pulang karena tidak ada konsep sama sekali. Konsep bukan secara lisan aspirasi sebagai seorang DPRD menyampaikannya untuk mempertanggungjawabkanya tetapi konsep yang di butuhkan adalah konsep yang secara tertulis. Konsep tertulis itulah yang dibutuhkan untuk menyampaikan untuk membangun kesadaran pradaban pembangunan baru dalam perkembangan ini.
Seandainya manusia memilih dalam pemilihannya yang tidak punya konsep dan orentasi berpikirnya uang, uang dan uang itulah yang akan mematikan pembangunan Kabupaten Intan Jaya sehingga hal yang lebih penting seorang DPRD adalah menyusung dan melaksanakan program peraturan pemerintah daerah. Dan manusia yang hanya ambisi saja dan tidak bisa membuat sesuatu untuk mengaspirasi hak masyarakat saya kira sama saja memaikan pembangunan. Pembangunan melaui konsep akan berhasil dari pada hanya berbicara saja secara lisan. Lisan tidak akan pernah menghasilkan sesuatu yang bermanfat untuk keperpihakan kepada masyara sehingga akan memperalat aspirasi karena sulit mengkonsepkan. Demi mengantisipasi masalah seperti itu perlu adanya disiplin ilmu harus ditegahkan supaya masyarakat menjadi tuan di negerinya sendiri melalui perjuangan DPRD.
Dalih ambisi itu hal biasa tetapi namanya kursi DPRD adalah menyuarakan aspirasi masyarakat supaya masyarakat setempat menjadi tuan di negerinya sendiri maka sangat pelu sekali manusia yang fower vokal tetapi sulit mengkonsepkan sesuatu secara tertulis tidak perlu menjadi DPRD dan manusia yang vokal dan mampu mengkonsepkan itulah yang di pilih melalui pemilihan umum, bebas dan rahasia. Sehingga dapat mengatasi problematika persoalan secara jernih dan masuk akal yang dapat di pertanggungjawbkan demi kemajuan secara fundamental dan hakiki yang berdasarkan orentasi yang radikal.
D5P. (Datang, Duduk, Diam, Dengar, Duit dan Pulang.
Terbayang di nun jahu di negeri orang ketika mendengar realitas hidup di alamku Intan Jaya yang akan menghapi pesta demokrasi kursi DPRD yang pertama sekali pemilihan yang umum, bebas, rahasia yang menentukan pemimpin Intan Jaya secara hati nurani. Isu hangat membakar semangat untuk merahinya pun sudah sedang dan akan terus dirancang. Ambisi untuk mencapi kursi DPRD Intan Jaya dari rumah-ke rumah pun isu hangat dibicarakan dalam rumah dan di luaar rumah. Dalam situasi itu pun manusia mulai berbicara ini dia orangnya dan itu bukan orangnya.
Diam membisu mendengar isu perkembangan politik tetang pemilihan DPRD Kabupaten Intan Jaya yang pertama sekali yang dapat memanas sehingga para pemimpin partai pun tidak berdiam diri dalam ruang tertentu, tetapi mulai mempersiapkan kadernya yang terbaik untuk siap berperang mengerut suara melalui partainya untuk itu mereka mulai menyusung anak panah untuk siapa yang maju dan siapa yang tidak maju pun tercium dan terdengar alam dan manusia. Visi dan misi pun sudah, sedang dan akan rancang untuk mengerut masa. Apa si yang mau di capai melalui DPRD? Benakku menyeret di arena sandiwara politik DPRD dengan berbagai pertanyaan demi pertanyaan nun jahu di negeri orang.
Dalam refleksi terlitnas argument demi argument dengan jawaban ketidakpastian asumsi yang tidak pada tempatnya untuk menemukan jawaban pasti. Banyak orang mempunyai ambisi menjadi DPRD. Dan boleh saja menjadi DPRD Tetapi yang menjadi persoalan adalah bisakah seorang masyarakat dengan pendidikan SD atau SMP bisa menyusun program kerja yang baik untuk keperpihakan kepada masyarakat. Jangan bermimpi menjadi seorang DPRD sementara argument tanpa tulisan tidak menghasilkan sesuatu atau menunjukan keperpihakan dalam visi dan misi yang menjadi orentasi dan runjukan dalam kinerja nanti setelah menjadi DPRD. dan lebih para lagi tidak bisa membuat sesuatu yang berguna. Atau mungkin DPRD temapatnya mendapat uang banyak, mobil banyak. Dan dengan uang bisa menyelesikan persoalan atau masalah yang berkembang dalam masyarakat.
Persoalan di atas itu hal biasa dan manusiawi tetapi yang lebih penting untuk menaklukan persoalan perkembangan membutuhkan manusia yang memang handal dan tahan uji dalam berbagai situasi yang sudah siap pakai dari sisi budaya, adat istiadat,dan perkembangan sesuai dengan disiplin pendidikan minimal D3. Hal demikianlah yang bisa mendeteksi perkembangan pembangunan manusia dan alam intan jaya secara keseluruhan dimensi kehidupan realitas hidup.
Analisa jangan sampai yang menjadi DPRD mengunakan dimensi strategis dari orang di luar Intan Jaya datang dapat menysitir orang dalam intan Jaya yang sama sekali tidak sama sekali tahu tentang adat dan budaya setempat, dari sisi lain juga DPRD mampu menaklukkan, dalam hal ini kapitalisme menyodorkan sejumlah uang dan terlena dan termakan akhirnya orentasi tidak jelas dan visi dan misi pun tidak jelas akhirnya uang pun di terima dan kapitalisme di persilahkan masuk hanya karena melihat uang. Untuk itu manusia yang dengan perpendidikan SMP tidak perluh diterima justru menghanculkan pembangunan dan manusia intan jaya nanti, walaupaun pola berpikir sudah matang tetapi untuk mengkonsepkan pembangunan amat sulit sehingga orang lain yang akan diperalatkan.
Saya lebih mendukung note yang dinaikan di facebook dengan argument saudara Paskalis Belau dengan mengatakan. Calon DPRD Kabupaten Intan Jaya tanpa orientasi ke depan yang jelas. Sejak jadwalkn pendaftaran bakal calon DPRD rekruitman bakal calon tanpa orientasi yangg jelas agar dan untuk memenuhi partai tanpa pengader partai. Intan jaya saat Ini banyak bakal calon yang maju rata-rata dari pendidikn SLTA. Sayangnya mereka maju orientasi mobil kaca gelap dan beristri lebih dari satu. sayang hal ini bertentangan dengan prosedur hukum. Sebenarnya fungsi DPRD adalah mengaspirasi keluhan masyarakat daalm keterlibatan pembangunan serta kawali kinerja pemerinta dalam pembangunan. dalam kenyataan orientasi materialism semata seperti: mobil kaca gelap dan prempuan, sementara program kerja tidak jelas maka perlu ada masukan dari berbagai kalangan. Apa yg di aspirasikn oleh DPRD sementara yang ada dan ada adalah aspirasi datang, duduk, dengar, duit lalu bar bir dan bor.
Memang tidak salah note saudara paskalis Belau yang di naikan note di atas. Pernyataan itu membangun kesadaran manusia yang berambisi kursi DPRD. Manusia dengan orentasi demikian akan menciptakan konflik holisontal dan vertical karena hanya tahu berbicara tetang keperpihakan kepada masyarakat tetapi berbicara tanpa konsep yang jelas sama saja mematikan pembangunan. Lebih parah lagi manusia yang mengandalkan masa untuk menduduki jabatan DPRD menyuarakan hak-hak masyarakat tetapi iya membalik telapak tangan dan melihat penderitan rakyatnya menjadi hal yang biasa-biasa. Justru mereka diangat untuk menyurakan hak-hak mereka tetapi itu tidak di lakukan tetapi hanya menciptakan mental korupsi karena memang mau buat apa dan mau lakukan apa yang tidak ada konsep ko yang jelas cecara tertulis.
Waspada, manusia model itu bisa juga menghanculkan pola perkembangan dan penyelamatan pembangunan manusia dan alam akan hancul. Untuk itu, manusia harus sadar bahwa pembangunan membutuhkan manusia yang bisa membagun dangan mengkonsepkan sesuatu yang menyelamatkan. Jika tanpa konsep sama saja manusia model itu yang menjadi biang keladi untuk datang, duduk, diam, dengar duit dan pulang tanpa fungsi kerja yang jelas.
Demi mengantisipasi hal demikian manusia harus mendeteksi dengan orentasi pembangunan bahwa manusia DPRD ini yang bisa dan kinerjanya yang jelas, criteria yang jelas demi keselamatan Kabupaten Intan Jaya. Jangan sampai sulit untuk dapat mengkonseptualisasikan dalam realitas hidup akhirnya korbannya adalah masyarakat jelata yang tidak tahu sama sekali dengan dunia perkembangan. Pada perkembangan di era praneter ini masyarakat berada pada tarap berpikir yang skeptis dengan perkembangan. Sebab perkembangan menjadi korban kekerasan terhadap mereka. Untuk melwan itu musti manusia yang mampu melawan arus perkembangan harus memilih manusia yang berpendidikan memadai untuk mampu menghadapi realitas yang terus berkembang di era praneter ini.
Persoalan yang dipersoalkan adalah Jangan sampai kita memilih manusia yang orentasinya tidak jelas visi dan misi tidak jelas dan hanya orentasinya Datang, Duduk, Dengar,diam, Duit, dan Pulang karena tidak ada konsep sama sekali. Konsep bukan secara lisan aspirasi sebagai seorang DPRD menyampaikannya untuk mempertanggungjawabkanya tetapi konsep yang di butuhkan adalah konsep yang secara tertulis. Konsep tertulis itulah yang dibutuhkan untuk menyampaikan untuk membangun kesadaran pradaban pembangunan baru dalam perkembangan ini.
Seandainya manusia memilih dalam pemilihannya yang tidak punya konsep dan orentasi berpikirnya uang, uang dan uang itulah yang akan mematikan pembangunan Kabupaten Intan Jaya sehingga hal yang lebih penting seorang DPRD adalah menyusung dan melaksanakan program peraturan pemerintah daerah. Dan manusia yang hanya ambisi saja dan tidak bisa membuat sesuatu untuk mengaspirasi hak masyarakat saya kira sama saja memaikan pembangunan. Pembangunan melaui konsep akan berhasil dari pada hanya berbicara saja secara lisan. Lisan tidak akan pernah menghasilkan sesuatu yang bermanfat untuk keperpihakan kepada masyara sehingga akan memperalat aspirasi karena sulit mengkonsepkan. Demi mengantisipasi masalah seperti itu perlu adanya disiplin ilmu harus ditegahkan supaya masyarakat menjadi tuan di negerinya sendiri melalui perjuangan DPRD.
Dalih ambisi itu hal biasa tetapi namanya kursi DPRD adalah menyuarakan aspirasi masyarakat supaya masyarakat setempat menjadi tuan di negerinya sendiri maka sangat pelu sekali manusia yang fower vokal tetapi sulit mengkonsepkan sesuatu secara tertulis tidak perlu menjadi DPRD dan manusia yang vokal dan mampu mengkonsepkan itulah yang di pilih melalui pemilihan umum, bebas dan rahasia. Sehingga dapat mengatasi problematika persoalan secara jernih dan masuk akal yang dapat di pertanggungjawbkan demi kemajuan secara fundamental dan hakiki yang berdasarkan orentasi yang radikal.
Oleh: Krismas Bagau
penulis adalah mahasiswa Sekolah Tinggi Pemerintahan Masyarakat Desa APMD/STPMD Yogyakarta.