Halloween Costume ideas 2015
Articles by "GAYA HIDUP"

“Gue nggak mau lah tidur sama laki orang. Ya kecuali kalo dia kaya yah. Kalo kayak kita-kita doang mah, ngapain?” seloroh seseorang kepada temannya di sebuah toilet di mal kawasan Jakarta Selatan.

Tentu ini bukan pertama kali saya mendengar selorohan macam ini. Bahkan, bibi saya juga sering berpesan, kalau cari suami harus yang mapan, yang mampu membiayai hidup kita.

Lain waktu, adik perempuan nenek saya mengomentari pilihan saya untuk bersekolah. Katanya, perempuan itu tidak perlu sekolah tinggi-tinggi, apalagi sampai S2 dan S3, karena gelar tidak berguna. Katanya lagi, perempuan yang penting harus jago menjaga diri, menjaga rumah, dan menjaga anak. Perempuan juga harus pandai memasak dan pandai membawa diri agar tidak mempermalukan suami kalau diajak ke acara-acara.

Saya yakin saya bukan satu-satunya yang sering mendengar atau dinasihati untuk menggantungkan hidup kepada laki-laki. Seolah-olah kita lahir dan dibesarkan oleh orangtua cuma sebagai persiapan untuk dapat menjadi istri dan ibu.

Tentu tak ada yang salah dengan menjadi istri dan ibu, tak ada yang salah jika ada perempuan atau laki-laki yang tak suka bekerja dan lebih suka di rumah. Persoalannya adalah ketika kita tidak diberi ruang untuk mengakses pilihan-pilihan lain.

Sementara, persoalan akses, pertama-tama adalah persoalan pola pikir, baik individu maupun masyarakat. Karena pola pikir jugalah yang nantinya akan membentuk norma dan nilai-nilai di masyarakat.

Sebab itu, tak heran jika banyak perempuan yang kemudian merasa cara tepat dan mudah untuk dapat meraih posisi ekonomi tertentu dan keamanan materi adalah dengan cara menerima uang dari laki-laki, baik dalam ataupun tanpa lembaga pernikahan.

Meski tak semua, tetapi masih banyak perempuan yang dididik untuk suatu saat dapat mengandalkan suami, juga dididik untuk merasa tidak mampu mandiri dalam hal keuangan. Pola pikir ini begitu mandarah daging, sehingga sudah sering kita mendengar ‘bercandaan’ dari perempuan “sudah capek kerja, pinginnya dinafkahin aja”.

Kondisi ini terefleksi dalam berbagai kesenjangan mengakses pendapatan bagi perempuan.

Dalam Laporan Perekonomian 2019, BPS mencatat kesenjangan upah laki-laki dan perempuan yang semakin lebar sepanjang 2015 hingga 2019. Selain itu, perempuan juga tidak banyak menempati posisi kunci pengambilan keputusan.

Apalagi, meski populasi laki-laki dan perempuan di Indonesia berimbang dengan jumlah laki-laki sedikit lebih banyak, partisipasi ekonomi perempuan dan laki-laki tidaklah berimbang. Maksud dari partisipasi ekonomi di sini adalah persentase jumlah orang yang terlibat dalam perekonomian (bekerja, berdagang, dan lain-lain). Saat ini, hanya ada 54% perempuan dan 84% laki-laki.

Laporan yang sama juga menunjukkan adanya kesenjangan politik antara laki-laki dan perempuan, yaitu rendahnya keterwakilan perempuan. Meskipun saya percaya keterwakilan perempuan seharusnya lebih menghitung keterwakilan pola pikir yang mengamini pengarusutamaan kesetaraan gender, namun saya belum melihat bapak-bapak di parlemen kita sudah bisa mengamini kesetaraan gender. Saat ini, representasi perempuan di parlemen dan kabinet berturut-turut hanya 17% dan 24%.

Bisa jadi kesenjangan-kesenjangan ini semakin mengamini perempuan yang ingin berselingkuh dengan pria mapan. Bagi perempuan, sudah aksesnya lebih susah, digaji lebih kecil, jenjang karier lebih terbatas pula. Mending jadi peselingkuh saja?

Tentunya, saya tidak menyukai istilah ‘pelakor’. Istilah ‘pelakor’ terkesan mengibliskan perempuan. Kalau ada pelakor harusnya ada petrisor alias perebut istri orang. Akan tetapi, pelakor dan petrisor tidak perlu ada karena manusia bukanlah objek yang tidak punya agensi dalam memilih.

Istilah peselingkuh lebih netral, baik untuk laki-laki maupun perempuan. Peselingkuh menunjukkan keduanya sama-sama aktif menyeleweng, baik menyeleweng dari pasangannya atau pasangan orang.

Kembali lagi ke persoalan perselingkuhan lantaran materi. Sebab itu, pertama-tama harus ada peningkatan akses perempuan terhadap ekonomi. Untuk dapat meningkatkan akses perempuan terhadap perekonomian, pola pikir kita harus diubah. Alih-alih melihat ‘habitat asli’ perempuan hanya semata sumur-dapur-kasur, kita harus mulai berani melihat perempuan berada di mana pun yang dia kehendaki.

Karena seperti kata Hakim Ruth Bader Ginsburg, “Women belong to all places where decisions are being made”, baik di tempat kerja yang mampu membiayai cicilan rumah Rp 50 juta sebulan atau dihargai keputusannya dalam hubungan rumah tangga yang sehat.

Selain itu, ini juga soal sistem dan struktur yang menciptakan kesenjangan akses dan pendapatan bagi perempuan. Jika perempuan bisa mengakses alat-alat produksi (pekerjaan, modal, dan lain-lain) dengan lebih baik dan nyaman ketika melakukan hal tersebut, semoga di masa depan kita akan lebih sering mendengar perempuan berseloroh, “Ngapain gue tidur sama laki orang, walaupun dia kaya? Mending gue jadi anggota DPR aja atau bikin usaha, biar cepet kaya.” | voxpop.id

21:11 ,
Biografi - Di dunia ini, sebaik apapun kita pasti akan ada orang-orang yang tidak menyukai kita, pasti akan ada orang yang merasa risih dengan kebaikan kita, bahkan ada orang-ornag yang menginginkan kita terjatuh dalam keburukan.

Karena memang begitulah penilaian manusia, sebaik apapun kita tidak akan pernah bisa terlihat sesmpuna di matanya, terlebih mereka yang memang membenci dan suka iri, maka pasti kebaikan yang kita lakukan tetap bernilai buruk di matanya

Maka dari itu, erbaiki diri kita dengan terus menggunakan penilaian Allah saja, jangan mennggunakan penilaian manusia, karena semua itu akan sangat membosankan.

Jika penilaian manusia yang kita pakai setiap saatnya sebagai ukuran kita memperbaiki diri supaya tetap baik dan menjadi peribadi yang lebih baik lagi, maka pasti kita tidak akan pernah bosan meski orang lain tidak melihatnya.

Baca Selanjutnya

Biografi - Iya, rasa syukur kita kepada Allah terkadang tertutupi oleh pemintaan kita yang cenderung berlebihan dalam hidup ini.

Kita menjadi sosok yang gampang mengeluh dan terkadang menyalahkan takdir yang Allah tetapkan dalam hidup yang kita miliki, saat kita tak pernah berfikir dan memknai segala sesuatunya dengan hati yang bijak.

Permintaan yang disemukan oleh keinginan nafsu belaka terkadang menutup hati dan mata kita untuk menyadari betapa Elegannya kisah hidup yang telah Allah gariskan kepada kita, sehingga bersyukurpun kita menjadi lupa.
Seseorang Cenderung Lupa Caranya Bersyukur Ketika Ia Terlalu Banyak Menuntut Dalam Hidupnya

Karena seseorang cenderung lupa caranya bersyukur kepada sang pemberi kehidupan ini, ketika ia terlalu banyak menuntut dalam hidupnya, inginnya selalu mengajaknya bermanja dalam angan dan nafsu.

Sehingga yang nampak jelas dimatanya hanya bagaiamana dan bagaimana mendapatkan hidup yang serba nyaman sesuai dengan apa yang direncanakan, bukan berfikir bagaimana caranya mendapatkan hidup terbaik menurut jalan yang dihaturkan oleh Allah.

Seseorang Terkadang Lupa Untuk Bersyukur Saat Dirinya Tidak Ikhlas Menerima Takdir Yang Ditetapkan Allah

Seseorang terkadang lupa untuk bersyukur saat dirinya tidak ikhlas menerima takdir yang telah Allah tetapkan dalam hidupnya.

Sebab saat hatinya telah dibidik untuk selalu ikhlas maka setiap takdir yang Allah gariskan kepadanya, ntah yang buruk ataupun yang baik, tentu akan membuatnya tetap bersyukur dengan bijak.
Seseorang Dengan Begitu Gampangnya Mengeluh Saat Yang Diterimanya Dalam Hidup Tak Dapat Ia Maknai Dengan Bijkasana

Seseorang dengan begitu gampangnya mengeluhkan keadaan, saat yang diterimanya dalam hidup ini tidak sesuai dengan apa yang diharapkan, dan hal itu terjadi saat hati tidak bisa memaknai dengan bijaksana apa yang telah menjadi ketetapan Allah dalam hidupnya.

Dan coba saja ia pandai memaknai segala sesuatunya dengan hati ikhlas dan sabar, maka sudah tentu sesulit apapun keadaan yang membelenggu takkan membuat hatinya gegabah untuk gusar dalam mengeluh.
Seseorang Dengan Begitu Gampangnya Menyalahkan Takdir Allah Saat Yang Menjadi Inginnya Tak Sesuai Dengan Kenyataan

Seseorang dengan begitu gampangnya menyalahkan takdir Allah, saat yang menjadi inginnya tak sesuai dengan kenyataan. Karena tak jarang diantara kita terkadang berkata “Ya allah, kenapa engkau beri hamba takdir seperti ini?”

Padahal yang harus kita tanyai sebenarnya adalah hati kita sendiri, bukan takdir Allah, sebab apapun takdir Allah sudah pasti yang terbaik untuk kita.

Segala Yang Ditakdirkan Allah Adalah Yang Terbaik Untuk Hidup Kita, Hanya Tergantung Bagaimana Kita Mensyukurinya

Dan segala yang ditakdirkan Allah dalam kehidupan ini, baik buruk maupun baik sudah pasti yang terbaik, jadi hanya tergantung bagaimana kita mensyukurinya, hanya tergantung bagaimana kita memknainya dengan hati yang bijak.

Karena saat kita sudah bijak memaknai segala sesuatunya, maka hatipun akan ikhlas menerima segala ketentuan-Nya dengan terus bersyukur, dan takkan mungkin lagi hati kita meminta sesuatu yang berlebihan dalam hidup.[humairoh.com]


Biografi - Sihir dipercaya sebagai salah satu hal yang paling ditakuti banyak orang dimana ilmu hitam seorang penyihir bisa membuat korbannya mengalami hal yang tak diinginkan.

Dan mitos – mitos soal penangkal sihir memang seringkali beredar dan dipercaya banyak orang.

Tahukah kamu jika ternyata seseorang yang terkena sihir bisa diobati dengan sebuah daun yang dipercaya bisa menetralkan sihir mahluk jahat.

Ada salah satu daun yang selama ini dianggap sebagai daun paling ditakuti mahluk jahat seperti jin atau setan.

Dalam Al Qur’an menyebutkan daun yang ditakuti jin adalah daun bidara .

Seperti ini bentuk daun bidara.
Hal ini diketahui dari QS. al-Waqi’ah (56) : 27-29.

“Dan golongan kanan, alangkah bahagianya golongan kanan itu. Berada di antara pohon bidara yang tidak berduri…” (QS. al-Waqi’ah (56) : 27-29)

“Tetapi mereka berpaling, maka Kami datangkan kepada mereka banjir yang besar dan Kami ganti kedua kebun mereka dengan dua kebun yang ditumbuhi (pohon-pohon) yang berbuah pahit, pohon Atsl dan sedikit dari pohon Bidara.” (QS. Saba :16)

Lantas , bagaimana cara menggunakan daun bidara untuk mengobati sihir atau gangguan jin?

Wahb bin Munabih, salah seorang pemuka tabi’in yang ahli dalam sejarah dan ilmu kedokteran menyarankan untuk menggunakan tujuh lembar daun bidara yang dihaluskan. Kemudian dilarutkan dalam air dan dibacakan ayat Kursi, surat al Kafirun, al Ikhlash, al Falaq dan an Naas. (lihat Mushannaf Ma’mar bin Rasyid 11/13).

Al Qurtubi menceritakan dari Wahab untuk mengobati Sihir: “Diambil 7 helai daun bidara ditumbuk halus lalu dicampurkan air dan dibacakan Ayat Kursi dan diberi minum pada orang yang terkena sihir tiga kali teguk dan air di ember (yang telah dibacakan ayat-ayat dan juga dicampur bidara) dipakai untuk mandi, In syaa Allah akan hilang sihirnya.” “Dan diutamakan membaca Al Falaq, An Naas, juga ditambah Ayat Kursi karena ayat-ayat itu dapat mengusir Syaitan.”

(Tafsir Ibn Katsir Jilid Satu Terjemahan Singkat Halaman 171)

Selain untuk mengobati sihir dan gangguan jin, daun bidara juga bisa dipergunakan untuk orang yang baru masuk Islam (muallaf), wanita haid yang bersuci, dan juga untuk memandikan jenazah.

Berikut ini ada beberapa manfaat daun bidara yang perlu kamu ketahui. Seperti yang dilansir dari ummi-online.com, inilah dia diantaranya :

1. Mandi dengan air yang dicampur daun bidara untuk mualaf

“Beliau masuk Islam, lantas Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkannya untuk mandi dengan air dan daun sidr (daun bidara).” (HR. An Nasai no. 188, At Tirmidzi no. 605, Ahmad 5/61. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).

2. Mandi dengan air yang dicampur daun bidara untuk wanita haid yang akan bersuci

‘Aisyah secara marfu’, “Salah seorang di antara kalian (wanita haidh) mengambil air yang dicampur dengan daun bidara lalu dia bersuci dan memperbaiki bersucinya. Kemudian dia menuangkan air di atas kepalanya seraya menggosoknya dengan gosokan yang kuat sampai air masuk ke akar-akar rambutnya, kemudian dia menyiram seluruh tubuhnya dengan air. Kemudian dia mengambil secarik kain yang telah dibaluri dengan minyak misk lalu dia berbersih darinya.” ‘Aisyah berkata, “Dia mengoleskannya ke bekas-bekas darah.” (H.R. Muslim no. 332 dari ‘Aisyah)

3. Memandikan jenazah

“Mandikanlah dengan mengguyurkan air yang dicampur dengan daun bidara tiga kali, lima kali atau lebih dari itu jika kalian anggap perlu dan jadikanlah yang terakhirnya dengan kafur barus (wewangian).” (HR. Bukhari no. 1253 dan Muslim no. 939).

Sumber: inafeed.com


BeritaIndependent.Com | Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia Sumatera Utara meminta kepada masyarakat agar tetap mewaspadai produk makanan kemasan dari luar negeri, tanpa menggunakan label halal yang dijual di pusat perbelanjaan.

"Konsumen jangan sampai terkecoh dengan makanan dari berbagai negara asing yang masuk ke Indonesia," kata Ketua Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Sumut, Abubakar Siddik di Medan, Jumat.

Ia berharap, Dinas Perdagangan, Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan BPOM, agar melakukan pemeriksaan terhadap produk makanan dari luar negeri. "Penertiban produk yang tak pakai label halal itu, harus dilaksanakan untuk menghindari hal-hal yang tidak diingini terhadap masyarakat," ujar Abubakar.

Ia menilai, setiap produk makanan dari luar negeri harus mencantumkan label halal, sehingga bisa diketahui oleh konsumen dan masyarakat secara luas. Selain itu, masyarakat juga bisa mengetahui produk makanan yang akan mereka beli, dan tidak terjadi kesalahan atau keliru memilih produk itu.

"Apalagi, mengenai kehalalan dan kebersihan makanan tersebut, perlu diketahui bagi masyarakat yang beragama Islam," ucapnya.

Abubakar menyebutkan, produk makanan dari luar negeri yang tidak dilaporkan masuk ke Indonesia, bukan hanya mencemaskan masyarakat, tetapi juga akan merugikan negara karena tidak mendapatkan pajak.

"Pemerintah melalui lembaga terkait, harus tetap mengawasi produk makanan dari negara luar itu, apakah sudah terjamin kebersihannya, dan tidak mengalami gangguan kesehatan," kata Ketua YLKI.

Sumber : Antara
loading...

MKRdezign

Contact Form

Name

Email *

Message *

Powered by Blogger.
Javascript DisablePlease Enable Javascript To See All Widget