"AAAAAAAAA" bisikku pada dada ini yang ingin berteriak pada dunia. Namun apa daya itu tidak mungkin. Telah sekian lama aku ditemani oleh air mata ini. Selalu mengalir dengan deras saat kesendirian itu telah tiba. Aku tak mau air mata ini diketahui oleh orang orang disekitarku. Mungkin hal ini hanya akan membuatku semakin sakit, tapi hanya itu yang dapat aku lakukan, menangis dalam keterpurukan.
Aku hanyalah seorang anak yang mencari sebuah kebahagian di antara semua kesedihanku, bagai menghitung bulu pada seekor burung rajawali. "Kapan kebahagiaan itu akan datang ?" tanyaku disetiap renunganku. Selalu menunggu, hingga Kebahagiaan itu menghampiriku walau hanya 1 detik di dekatku. Aku ingin sekali menyimpannya dan menutupnya dengan rapat. Jikalau Air mata ini mengalir kembali, aku akan mudah menggantinya dengan senyum kebahagiaan.
"Kenapa sulit sekali menemukannya ?"
Air mata ini kembali bercucuran setelah kepercayaan mereka mulai pudar. Seperti ditusuk oleh belati bertubi tubi. Berteman malam dingin, aku bersembunyi pada selimut kusut milik saudaraku. "Aku ingin menusuk nusuk wajah kalian satu per satu hingga hancur tak tersisa!" amarahku menggebu gebu dibalik selimut. Aku tahu diriku. Hanya seorang anak tidak berkemampuan, berbeda dengan kalian yang memiliki segalanya.
Tuhan, Aku berharap tidak ada yang mengalami nasib sama sepertiku. Aku tidak akan sanggup jika hal itu menimpa keluargaku.
Tuhan....
Aku hanyalah seorang anak yang mencari sebuah kebahagian di antara semua kesedihanku, bagai menghitung bulu pada seekor burung rajawali. "Kapan kebahagiaan itu akan datang ?" tanyaku disetiap renunganku. Selalu menunggu, hingga Kebahagiaan itu menghampiriku walau hanya 1 detik di dekatku. Aku ingin sekali menyimpannya dan menutupnya dengan rapat. Jikalau Air mata ini mengalir kembali, aku akan mudah menggantinya dengan senyum kebahagiaan.
"Kenapa sulit sekali menemukannya ?"
Air mata ini kembali bercucuran setelah kepercayaan mereka mulai pudar. Seperti ditusuk oleh belati bertubi tubi. Berteman malam dingin, aku bersembunyi pada selimut kusut milik saudaraku. "Aku ingin menusuk nusuk wajah kalian satu per satu hingga hancur tak tersisa!" amarahku menggebu gebu dibalik selimut. Aku tahu diriku. Hanya seorang anak tidak berkemampuan, berbeda dengan kalian yang memiliki segalanya.
Tuhan, Aku berharap tidak ada yang mengalami nasib sama sepertiku. Aku tidak akan sanggup jika hal itu menimpa keluargaku.
Tuhan....
loading...
Post a Comment