Dosa menggunjing ghibah membicarakan aib kejelekan orang lain dalam Islam adalah termasuk dalam salah satu dosa besar. Ghibah adalah jika seseorang membicarakan kejelekan orang lain didepan umum maupun di belakang umum.
Ghibah juga rentan dengan fitnah, sebab ketika seseorang sedang menggunjing orang lain, sudah pasti ada tambahan dan pengurangan atas diri orang yang digunjing itu tadi.
Ketika ghibah sudah bercampur fitnah ini, maka dosanya adalah menanggung dosa ghibah dan dosa fitnah. Keduanya merupakan dosa besar yang sangat sulit untuk dimaafkan.
Salah satu bentuk kemaksiatan yang banyak dilakukan oleh manusia adalah gemar membicarakan kejelekan orang lain atau yang diistilahkan dengan ghibah. Bahkan yang parahnya, terkadang apa yang mereka ghibahkan itu tidak ada pada orang yang dighibahi.
Padahal dalil-dalil yang menerangkan tentang haramnya ghibah sangatlah tegas dan jelas, baik di dalam Al Qur`anul Karim ataupun di dalam hadits-hadits nabawi.
Mengenai dosa ghibah ini Al-Qur`an surat Al Hujarat ayat 12 tersebut diatas menjelaskan bahwasanya tidak sepantasnya orang yang beriman berprasangka buruk kepada orang lain, sebab prasangka itu adalah dosa. Diingatkan pula agar orang beriman tidak juga menggunjing orang lain, karena hal itu sama halnya dengan memakan daging orang lain.
Akan tetapi, jika orang yang berprasangka buruk dan suka menggunjing itu mau bertobat dengan sungguh-sungguh, maka Allah akan menerima taubatnya.
Perlu diingat pula bahwa dosa ghibah tanggung jawabnya tidak hanya kepada Allah, tetapi juga kepada orang yang digunjing tersebut. Allah sudah menjelaskan akan menerima taubatnya orang-orang sungguh-sungguh dalam bertaubat.
Akan tetapi, bagaimana dengan dosa orang yang menggunjing terhadap orang yang digunjing? Tentunya hal ini tidak mudah untuk dilakukan.
Akan beruntung apabila orang yang digunjing tersebut merupakan orang pemaaf, tetapi kalau orangnya tidak mudah untuk menerima maaf, maka yang menggunjing akan berdosa selamanya.
Larangan ghibah juga ditegaskan Nabi Rasulullah Muhammad SAW berikut ini :
Dosa ghibah lebih berat daripada zina karena orang yang zina kemudian bertaubat maka Allah mengampuninya, sedangkan orang yang ghibah tidak akan diampuni sebelum orang yang di ghibahi mengampuninya, dan hal tersebut tidaklah mudah.
Hal ini berdasarkan pada dalil hadist mengenai bahaya dosa ghibah yang artinya :
Mungkin di antara kita, secara sadar ataupun tidak sadar, sering terlibat perbuatan ghibah. Dalam percakapan atau obrolan sehari-hari, sering obrolan itu menjurus dan tenggelam dalam ghibah. Meskipun kejelekan atau kekurangan orang lain itu faktual, benar-benar terjadi alias sesuai dengan kenyataan, tetap saja itu ghibah.
Ghibah adalah menyebut sesuatu yang saudaranya benci jika mendengarnya ketika saudaranya sedang tidak ada di majelis itu. Contoh bentuk ghibah yaitu dengan membicarakan misalnya aib fisik seseorang
Meskipun ghibah adalah fakta tetapi termasuk dosa besar sebagaimana makan bangkai saudaranya, jika kebohongan maka termasuk fitnah. Ghibah tidak mesti dengan ucapan, bisa juga dengan isyarat, misalnya isyarat tangan, kedipan mata ekspresi wajah. Ini adalah bagian dari bentuk-bentuk ghibah.
Jika sudah terlanjur melakukan ghibah kepada saudara-saudara kita maka cara bertaubatnya dengan rincian berikut seperti informasi yang dilansir dari Muslimahfiyah.com :
Jika ghibah tersebut sudah tersebar luas dan diketahui oleh saudaranya
Maka meminta maaf langsung kepada saudaranya. Artinya saudaranya sudah tahu ialah pelaku ghibah tersebut, karena dosa sesama manusia tidak akan terhapus kecuali kita meminta dimaafkan. Kemudian sebutkan kebaikan-kebaikan orang yang dighibahi tadi di majelis yang ia ghibahi.
Jika ghibah belum tersebar dan belum diketahui oleh saudaranya
Jika dighibahi terkenal sebagai pemaaf dan baik, maka tetap meminta maaf dan menjelaskan kita telah melakukan ghibah. Dan yang kedua adalah tidak perlu meminta maaf, tetapi memohonkan ampun untuknya dan menyebut kebaikannya.
At-Thobari juga menjelaskan tentang dosa ghibah diharamkannya ghibah sebab ghibah ada pertengkaran antara setan dan niat baik dan rata-rata setanlah yang memenangkannya. Sebagian besar orang ketika membicarakan orang lain sudah pasti tentang kejelekannya, dan sangat jarang sekali orang yang membicarakan kebaikan orang lain.
Ketika kejelekan orang lain dibicarakan, maka diri orang tersebut sudah dikuasai oleh setan dan akan dikendalikan oleh setan pula. Pada akhirnya, ia akan menjadi batu loncatan setan ketika di neraka.
Untuk itulah, sebagai orang Islam yang beriman kepada Allah, janganlah sampai kita berprasangka buruk kepada orang lain karena hal itu merupakan dosa besar.
Begitu juga jangan sampai kita menggunjing (ghibah) orang lain, sebab dosa ghibah sama halnya dengan meruntuhkan kehormatan dan martabat orang yang digunjing tersebut.
Ghibah juga rentan dengan fitnah, sebab ketika seseorang sedang menggunjing orang lain, sudah pasti ada tambahan dan pengurangan atas diri orang yang digunjing itu tadi.
Ketika ghibah sudah bercampur fitnah ini, maka dosanya adalah menanggung dosa ghibah dan dosa fitnah. Keduanya merupakan dosa besar yang sangat sulit untuk dimaafkan.
Salah satu bentuk kemaksiatan yang banyak dilakukan oleh manusia adalah gemar membicarakan kejelekan orang lain atau yang diistilahkan dengan ghibah. Bahkan yang parahnya, terkadang apa yang mereka ghibahkan itu tidak ada pada orang yang dighibahi.
Padahal dalil-dalil yang menerangkan tentang haramnya ghibah sangatlah tegas dan jelas, baik di dalam Al Qur`anul Karim ataupun di dalam hadits-hadits nabawi.
Mengenai dosa ghibah ini Al-Qur`an surat Al Hujarat ayat 12 tersebut diatas menjelaskan bahwasanya tidak sepantasnya orang yang beriman berprasangka buruk kepada orang lain, sebab prasangka itu adalah dosa. Diingatkan pula agar orang beriman tidak juga menggunjing orang lain, karena hal itu sama halnya dengan memakan daging orang lain.
Akan tetapi, jika orang yang berprasangka buruk dan suka menggunjing itu mau bertobat dengan sungguh-sungguh, maka Allah akan menerima taubatnya.
Perlu diingat pula bahwa dosa ghibah tanggung jawabnya tidak hanya kepada Allah, tetapi juga kepada orang yang digunjing tersebut. Allah sudah menjelaskan akan menerima taubatnya orang-orang sungguh-sungguh dalam bertaubat.
Akan tetapi, bagaimana dengan dosa orang yang menggunjing terhadap orang yang digunjing? Tentunya hal ini tidak mudah untuk dilakukan.
Akan beruntung apabila orang yang digunjing tersebut merupakan orang pemaaf, tetapi kalau orangnya tidak mudah untuk menerima maaf, maka yang menggunjing akan berdosa selamanya.
Larangan ghibah juga ditegaskan Nabi Rasulullah Muhammad SAW berikut ini :
"Tahukah kalian apa itu ghibah (menggunjing)? Para sahabat menjawab : Allah dan Rasul-Nya yang paling tahu. Kemudian beliau Saw bersabda : Ghibah adalah engkau membicarakan tentang saudaramu sesuatu yang dia benci. Ada yang bertanya. Wahai Rasulullah bagaimana kalau yang kami katakana itu betul-betul ada pada dirinya?. Beliau Saw menjawab : Jika yang kalian katakan itu betul, berarti kalian telah berbuat ghibah. Dan jika kalian katakan tidak betul, berarti kalian telah memfitnah (mengucapkan kebohongan)� (HR Muslim).
Dosa ghibah lebih berat daripada zina karena orang yang zina kemudian bertaubat maka Allah mengampuninya, sedangkan orang yang ghibah tidak akan diampuni sebelum orang yang di ghibahi mengampuninya, dan hal tersebut tidaklah mudah.
Hal ini berdasarkan pada dalil hadist mengenai bahaya dosa ghibah yang artinya :
Dari Jabir bin Abdillah dan Abi Sa'id Al-khudri keduanya berkata : Rosululloh shollallohu alaihi wasallam bersabda : �Takutlah kamu semua terhadap ghibah karena sesungguhnya ghibah itu lebih berat dosanya daripada berzina ". Rosululloh ditanya :" bagaimana bisa ghibah lebih berat dosanya daripada zina ?". Beliau menjawab : "sesungguhnya seorang laki-laki kadang-kadang berzina kemudian bertaubat maka Allah menerima taubat nya, sedangkan orang yang menggunjing tidak diampuni dosanya sampai orang yang digunjing mau mengampuninya". (HR At Tabrani).
Mungkin di antara kita, secara sadar ataupun tidak sadar, sering terlibat perbuatan ghibah. Dalam percakapan atau obrolan sehari-hari, sering obrolan itu menjurus dan tenggelam dalam ghibah. Meskipun kejelekan atau kekurangan orang lain itu faktual, benar-benar terjadi alias sesuai dengan kenyataan, tetap saja itu ghibah.
Cara Bertaubat Dari Ghibah
Ghibah adalah menyebut sesuatu yang saudaranya benci jika mendengarnya ketika saudaranya sedang tidak ada di majelis itu. Contoh bentuk ghibah yaitu dengan membicarakan misalnya aib fisik seseorang
Meskipun ghibah adalah fakta tetapi termasuk dosa besar sebagaimana makan bangkai saudaranya, jika kebohongan maka termasuk fitnah. Ghibah tidak mesti dengan ucapan, bisa juga dengan isyarat, misalnya isyarat tangan, kedipan mata ekspresi wajah. Ini adalah bagian dari bentuk-bentuk ghibah.
Jika sudah terlanjur melakukan ghibah kepada saudara-saudara kita maka cara bertaubatnya dengan rincian berikut seperti informasi yang dilansir dari Muslimahfiyah.com :
Jika ghibah tersebut sudah tersebar luas dan diketahui oleh saudaranya
Maka meminta maaf langsung kepada saudaranya. Artinya saudaranya sudah tahu ialah pelaku ghibah tersebut, karena dosa sesama manusia tidak akan terhapus kecuali kita meminta dimaafkan. Kemudian sebutkan kebaikan-kebaikan orang yang dighibahi tadi di majelis yang ia ghibahi.
Jika ghibah belum tersebar dan belum diketahui oleh saudaranya
Jika dighibahi terkenal sebagai pemaaf dan baik, maka tetap meminta maaf dan menjelaskan kita telah melakukan ghibah. Dan yang kedua adalah tidak perlu meminta maaf, tetapi memohonkan ampun untuknya dan menyebut kebaikannya.
At-Thobari juga menjelaskan tentang dosa ghibah diharamkannya ghibah sebab ghibah ada pertengkaran antara setan dan niat baik dan rata-rata setanlah yang memenangkannya. Sebagian besar orang ketika membicarakan orang lain sudah pasti tentang kejelekannya, dan sangat jarang sekali orang yang membicarakan kebaikan orang lain.
Ketika kejelekan orang lain dibicarakan, maka diri orang tersebut sudah dikuasai oleh setan dan akan dikendalikan oleh setan pula. Pada akhirnya, ia akan menjadi batu loncatan setan ketika di neraka.
Untuk itulah, sebagai orang Islam yang beriman kepada Allah, janganlah sampai kita berprasangka buruk kepada orang lain karena hal itu merupakan dosa besar.
Begitu juga jangan sampai kita menggunjing (ghibah) orang lain, sebab dosa ghibah sama halnya dengan meruntuhkan kehormatan dan martabat orang yang digunjing tersebut.
loading...
Post a Comment