Halloween Costume ideas 2015
February 2017

07:26 ,
Barang bukti sabu-sabu seberat 7,8 Kg diamankan Polres Tanjab Barat dari empat pengedar antarprovinsi.iNewsTV/Nanang Fahrurozi
Biografi - Empat pengedar antarprovinsi dan barang bukti sabu-sabu seberat 8,7 Kg dibekuk petugas gabungan dari Satnarkoba Polres Tanjab Barat, Polsek KPM, Bea Cukai, serta BKO Airud Mabes KP 3009-Aanismadu. Sabu-sabu senilai Rp10 juta per kilogram ini dibawa tersangka Dranny (30) dalam ransel menumpang kapal SB Srikandi 7 melalui pelabuhan Kuala Tungkal, Kabupaten Tanjab Barat, Jambi.

Setelah menangkap dan mengintrogasi Dranny, petugas menangkap tiga pelaku lainnya. Ketiganya, adalah Fery Satah, Heri, dan Erwin. Mereka ditangkap saat akan menaiki mobil tepat di depan Polsek Tungkal Ilir dan langsung diamankan ke Polres Tanjab Barat.

“Keempat pelaku ini memiliki peran berbeda untuk mengirim sabu-sabu secara estafet. Dranny dan Fery membawa sabu-sabu menuju Simpang Betung, Sumatera Selatan. Sementara Heri dan Erwin, sopir mobil yang mengantar Dranny dan Fery,” jelas Kapolres Tanjab Barat AKBP Agus Sumartono, Selasa (28/2/2017).

Sumber: Sindonews.com

07:08 , ,

Iriana menolak pemberian bingkisan berupa dompet hasil karya pengrajin.
 
Kesederhanaan seorang Ibu Negara Iriana Joko widodo, terlihat saat tengah melakukan kunjungan di daerah Karanganyar, Jawa Tengah pada Selasa (21/02/2017) lalu.

Dalam video terlihat, Ibu negara Iriana Jokowidodo beserta rombongan tengah melakukan kunjungan ke sebuah pameran UMKM yang tengah diselenggarakan di Pendopo Kantor Bupati Karanganyar. Di acara tersebut sedang diperlihatkan beberapa produk hasil usaha kecil mikro dan menengah.

Ketika sedang asyik melihat-lihat barang di sebuah stand, tiba-tiba Ibu Iriana dihampiri seorang wanita berseragam PNS untuk diberikan bingkisan berupa dompet hasil karya pengrajin setempat. Namun dengan lembut Iriana pun menolak pemberian tersebut.

"Sampun, sampun (sudah), nanti saya beli saja" ujar Iriana dalam video tersebut.

Akhirnya Iriana membeli dua buah dompet yang terbuat dari limbah kain perca seharga Rp 200.000. Satu untuk dirinya dan satu lagi untuk Mufida Kalla yang saat itu ikut mendampingi.(.merdeka.com)


BIOGRAFI- Segala puji bagi Allah yang telah menghendaki segala sesuatu terhadap Nabi Muhammad SAW, baik segala keajaiban yang diturunkan oleh-Nya dimasa hidup Rasulullah ataupun hal yang akan terjadi. 

Inilah salah satu mukjizat dari ratusan mukjizat Nabi kita Muhammad SAW. Terkadang ada mukjizat yang Allah turunkan untuk nabi hanya untuk disaksikan para umat yang hidup dimasa beliau ataupun mukjizat beliau yang dapat dirasakan oleh umat setelahnya, salah satu dari mukjizat ini adalah kepengetahuan Nabi akan masa depan. 

Tentunya banyak riwayat yang mendukung mukjizat ini sebagai bukti kenabian beliau, baik persaksian yang tertulis didalam al-Qur'an ataupun para sahabat-sahabat beliau. 

Namun perlu diketahui bahwa sebenarnya nabi pernah menyebutkan nama satu wilayah yang kedepan wilayah ini akan menjadi negara islam dan akan banyak memunculkan para ulama dan wali-wali Allah SWT. 

Nama wilayah ini dalam sebuah hadist nabi yang sampai saat ini belum diketahui sanad dan perawinya adalah "Negri diatas angin" atau disebut "Aceh". Adapun kebenaran berita ini tentunya harus kita teliti lebih mendalam lagi, apalagi siapa dan kapan hadist ini muncul pertama kali tentunya harus diteliti kembali. 

Akan tetapi walaupun pada kenyataan bahwa hadist nabi mengenai Aceh tersebut masih belum dijadikan istidlal hukum namun dari beberapa riwayat cerita dan pendapat beliau-beliau mengenai apakah aceh ini benar pernah disebut-sebut oleh Nabi sebagai negri diatas angin menjadi pendukung barang bukti bagi hadist nabi tersebut menjadi hal yang harus kita terima. 

Karena sesungguhnya pun para ulama dan wali Allah adalah orang-orang yang wajib kita percayai. Dibawah ini akan dijelaskan sedikit bukti-bukti pendukung bahwa Aceh memang pernah disebutkan oleh Nabi sebagai negri para wali Allah. 

Yang menjadi pertanyaannya sekarang adalah, apakah hadist ini betul adanya atau memang hanya sebuah kalimat warisan turun temurun dari nenek moyang bangsa melayu ?

Membuktikan keberadaan hadist ini dapat dibuktikan melalui beberapa bukti yang ada terdapat dibawah ini : 

Rasulullah SAW, pernah bersabda : 

“…Pada zaman Nabi Muhammad Rasul Allah salla’llahu ‘alaihi wassalam tatkala lagi hajat hadhrat yang maha mulia itu, maka sabda ia pada sahabat baginda di Mekkah, demikian sabda baginda Nabi: 

“Bahwa sepeninggalku ada sebuah negeri di atas angin samudera namanya. Apabila ada didengar khabar negeri itu maka kami suruh engkau (menyediakan) sebuah kapal membawa perkakas dan kamu bawa orang dalam negeri (itu) masuk Islam serta mengucapkan dua kalimah syahadat. Syahdan, (lagi) akan dijadikan Allah Subhanahu wa ta’ala dalam negeri itu terbanyak daripada segala Wali Allah jadi dalam negeri itu“….


Pertama : Status Hadist Dalam Beberapa Hikayat Lama Aceh

Di beberapa riwayat kitab dan menurut pendapat ahli sejarawan, termasuk salah seorang ahli sejarawan berkebangsaan indonesia yang tinggal di malaysia, bernama Prof. Dr. Muhammad Syed Naquib al-Attas di buku terbarunya “Historical Fact and Fiction” menyebutkan bahwa keberadaan hadist nabi tentang aceh tersebut betul adanya. 

Beliau menemukan hadist ini dari beberapa naskah lama kerajaan aceh dan malaysia yang juga pernah tertuliskan hadist ini didalamnya. selain itu akuan keberadaan hadist ini juga disebutkan dibeberapa buku karya sejarah melayu. 


Kedua : Bukti Melalui Sejarah

Menurut para ahli sejarah melayu mengatakan, bahwa hadist yang dimaksudkan oleh Nabi ini tertuju kemasa kerajaan Samudra Pasai. Kerajaan Samudra Pasai ini berdiri setelah 600 tahun nabi meninggal dunia. 

Namun ahli sejarawan berbeda pendapat, bahwa aceh sudah dikenal sejak pertama kali islam mulai masuk ke aceh pada abad ke 7. Menurut riwayat bahwa Masa sahabat Umar bin Khattab, penyebaran islam keseluruh dunia sudah dimulai, hingga masuk ke jalur ujung sumatra, yaitu Aceh. Pendapat ini didapat dari buku Aceh Sepanjang Abad, karya M. Said. 

Bukti lain dapat dilihat dari salah seorang ulama yang bernama Syeikh Rukunuddin di Barus (Fansur) adalah salah seorang sahabat Nabi yang telah lama tinggal di sumatra atau aceh. 

Bukti sejarah lain juga dapat dilihat dari perkembangan islam yang telah menyebar ke beberapa wilayah dimana rasulullah baru saja meninggal. seperti contohnya sahabat Rasulullah yang bernama Sa'ad bin Abi Waqash, yang ditugaskan oleh nabi untuk menyebarkan islam kebeberapa wilayah. 

Namun dimasa Rasulullah wafat beliau terus menyebarkan islam keseluruh tanah arabia hingga cina dan meninggal disana. Pergerakan penyebaran islam ini sama artinya bahwa islam bukan hanya turun ke cina namun ke beberapa tempat yang menjadi jalur perjalanan sahabat Sa'ad bin Abi Waqash untk ke cina. Maka dapat disimpulkan aceh disaat itu juga menjadi arah jalan penyebaran islam. 


Ketiga : Bukti secara Geografis



Masyarakat Quraish dimasa itu tidak hanya berhubungan politik dan ekonomi dengan beberapa suku atau wilayah disekitarnya, namun mereka juga berhubungan dengan bangsa lain, baik persia dimasa itu atapun cina. hal ini dapat dibuktikan saat Hindun (Istri dari paman Nabi Muhammad, Abu Sufyan) pernah membeli sehelai kain dari tenunan bangsa cina. 

Sepertimana yang telah dijelaskan diatas bahwa dimasa khalifah rasyidin berdiri sahabat Sa'ad bin Abi Waqash telah menyebarkan islam ke cina. Untuk menuju kesini beliau dan beberapa sahabat setelahnya membutuhkan jalur perjalanan dekat untuk menuju kesana. 

Salah satunya adalah melalui jalur laut, jalur laut ini menjadi arah paling mudah untuk dituju. Karena melalui darat tentu berbagai macam rintangan seperti melalui padang pasir dan bahan-bahan makanan serta minuman yang dibutuhkan juga banyak dibutuhkan, oleh karenanya dahulu orang arab menyebarkan islam melalui jalur laut. 

Secara Geografis, peta cina berada di ujung sebelah kanan tanah arab, maka untuk menuju kesana harus melalui laut, dan melalui laut tentu harus melewati beberapa tempat persinggahan, yaitu india dan ujung sumatra. Maka dapat dipastikan Sa'ad bin Abi Waqash tidaklah sendiri ia membuat perjalanan ini namun beliau membawa para sahabat dan umat islam lainnya, sudah barang pasti persinggahan untuk menuju ke cina salah satunya adalah Ujung Sumatra, atau Aceh. Untuk itu islam secara tidak langsung juga sudah mulai masuk di aceh. 


Keempat : Hikayat dari Para Ulama dan Wali

Merupakan satu bukti bahwa hadist tersebut betul ada adalah melalui cerita atau hikayat para ulama dan wali-wali Allah SWT. Kita tentunya wajib mempercayai hikayat ini karena memang pada hakikatnya melawan ulama dan para wali adalah perbuatan dosa, karena mereka adalah hamba-hamab Allah yang dijaga oleh-Nya. 

Salah satu cerita yang pernah penulis dengar adalah sebuah hikayat yang pernah diceritakan oleh seorang wali Allah yang tidak boleh disebutkan namanya. Beliau adalah salah seorang wali Aceh. Kisah ini saya dapatkan dari cerita seorang anak alm. Abuya Jamaluddin Waly, bahwa beliau pernah berjumpa dengan wali Allah ini, Wali Allah tersebut bercerita : 

"Bahwa dahulu Nabi SAW saat berjalan menuju ke Baitul Maqdis dalam Isra Miraj-nya, beliau mengendarai Buraq ditemani oleh Malaikat Jibril untuk keliling dunia (Dalam sejarah hanya dijelaskan bahwa nabi langsung menuju ke Baitul Maqdis).  

Saat nabi keliling dunia tersebut itulah nabi melihat ada satu cahaya yang terus terbit dari salah satu wilayah di dunia, cahaya ini timbul dari ujung Sumatra, yaitu Aceh. Saat itulah nabi meminta turun kepada jibril untuk melihat keindahan cahaya tersebut, dan nabi pun turun kesana untuk melihat. 

Lalu rasulullah bertanya kepada jibril "Mengapakah tempat ini bercahaya, wahai Jibril ?", Jibril menjawab " Ini adalah wilayah islam yang suatu saaat nanti Allah akan memunculkan dari kalangan umatmu banyak para wali Allah dan Ulama-ulama besar". 
Lalu nabi pun berangkat kembali untuk menuju ke baitul maqdis. Beliau tidak pernah turun ketempat lain saat perjalanan ini terjadi kecuali hanyalah tempat bercahaya tersebut. 

"Jika engkau (untuk Amri Jamaluddin Waly, yang mempunyai cerita ini) ingin mengetahui bukti secajarah ini maka ziarahlah ke 8 wali di seluruh aceh maka engkau pasti akan menemukannya". 

Inilah cerita yang penulis dapatkan. Karena kejadian inilah yang menjadi asbabul wurud (sebab hadirnya) haidts nabi mengenai Aceh. 

Kisah ini diakui oleh beberapa ulama Aceh, termasuk Abuya Prof. Dr. Tgk. H. Muhibbuddin Waly, Abu Muhammad Amin Blang Blahdeh, Abu Ibrahim Woyla, dan beberapa pengakuan ulama dan wali Allah lainnya. 


Kelima : Banyak Kerabat Nabi SAW di Aceh

Ini adalah bukti selanjutnya, bahwa di aceh sejak masa kerajaan dulu kala hingga masih banyak keturunan dan kerabat saudara dari Rasulullah SAW. Salah satunya adalah Abuya Muda Waly, banyak riwayat mengatakan bahwa silsilah beliau berasal dari Sahabat Abu Bakar As-Siddiq. 

Hal ini pernah diungkapkan oleh seorang wali Allah Aceh yang juga murid Abuya Muda Waly, beliau adala Abu Ibrahim Woyla. Beliau (Abu Ibrahim) pernah bercertia saat beliau berkunjung ke Meulaboh untuk melihat salah satu qur'an ajaib disana, saat itu beliau bertutur bahwa "Jangan pernah bermain-main dengan Abu Muda Waly karena beliau adalah keturunan Abu Bakar As-Shiddiq".

Bukti bahwa Abu Muda Waly adalah kerabat nabi bukan hanya berasala dari riwayat Abu Ibrahim Woyla namun para ulama dan wali Allah lainnya juga mengakuinya, termasuk Wali Allah Abu Qasim Kajhu sependapat dengan ini. Dan juga wali Allah yang tidak disebutkan namanya diatas tadi, beliau juga menyebutkan hal yang sama. 

Menurut penelitian pakar sejarah dan ahli nasab di Aceh, ahlul bayt atau keturunan Nabi saw angkatan pertama yang tiba di Asia Tenggara, tepatnya di Aceh-Sumatra adalah Abdullah bin Hasan Mutsanna bin Hasan bin Ali atau cicit Nabi Muhammad saw. 

Beliau hijrah ke kepulauan Nusantara ini setelah singgah dan menetap di pelabuhan Chambia (Kambei) India untuk mengembangkan misi perjuangan keluarga Rasulullah saw. Sejarah tidak mencatat, apakah beliau meninggal di wilayah ini atau kembali ke tanah Arab.

Nama Abdullah disebut dalam ikhtisar Radja Jeumpa oleh Ibrahim Abduh yang disadurnya dari Hikayat Radja Jeumpa. Tersebutlah sebelum kedatangan Islam di daerah Jeumpa sudah berdiri salah satu Kerajaan Hindu Purba Aceh yang dipimpin turun temurun oleh seorang Meurah. 

Tibalah seorang saudagar muslim keturunan Arab bernama Abdullah di sana pada awal abad ke 8 Masehi. Selanjutnya Abdullah tinggal bersama penduduk dan menyiarkan agama Islam. 

Rakyat di negeri tersebut dengan mudah menerima Islam karena tingkah laku, sifat dan karakternya yang sopan dan sangat ramah. Dia dinikahkan dengan putri Raja bernama Ratna Kumala. Akhirnya Abdullah dinobatkan menjadi Raja menggantikan bapak mertuanya. Dan masih banyak lagi.


Keenam : Persahabatan antara Aceh dan Arab

Semenjak tersebarnya islam di aceh yang dimulai pada abad ke-7 hingga akhir masa kerajaan pada tahun 1880-an, hubungan aceh dan arab sangatlah erat. Tidak hanya sisi ekonomi namun dalam hal agama jugalah menjadi patokan penting untuk saling berkomunikasi dan meminta pendapat antar kedua negara tersebut. 

Hal ini dapat dibuktikan di salah satu wilayah masjidil haram terdapat harta tanah waqaf yang disumbagkan oleh aceh untuk perluasan masjidil haram. 

Salah satunya terletak di daerah Qusyasyiah bertepatan dengan bab al-Fath Masjidil Haram, Lokasi ini berada seperti hotel Ajyad (Funduk Ajyad) bertingkat 25 dan Menara Ajyad (Burj Ajyad) bertingkat 28 yang berjarak  sekitar 500-600 meter dari Masjidil Haram. 

Kedua hotel tersebut mampu menampung lebih  dari 7.000 jamaah yang dilengkapi dengan infrastruktur lengkap. Wakaf tersebut semakin bertambah dengan pembelian beberapa aset lagi. 

Hasil sumbangan, sedekah, dan infak hujjaj Aceh diwakafkan dalam bentuk tanah dan rumah di seputar Masjidil Haram tersebut yang dikoordinir  oleh Habib Bugak sekitar tahun 1224 H/ 1809 M.
Akad waqaf habib bugak 
Sebagian berpendapat bahwa nama asli Habib Bugak adalah Habib Abdurrahman bin Alwi al-Habsyi dari Monklayu. Sebagian lagi menyebut ia berasal dari daerah Bugak di Aceh Timur, Bireuen atau Pidie. 

Sulitnya informasi tersebut diakibatkan tidak ada bukti tertulis  secara komprehensif. Melalui lembaran sarakata (surat Sultan) Aceh yang saya peroleh, tertera stempel kesultanan yang menunjukkan originalitasnya. 

Disebutkan bahwa ia bernama Sayyid ‘Abdurrahman bin ‘Alwi Peusangan, yang diberi kuasa pengelolaan tanah di wilayah Mutiara di sebelah barat Blang Pancang hingga Krueng Air sebelah timur dan hingga perbatasan Krueng Geukueh.


Ketujuh : Keturunan Bangsa Aceh di Arab Saudi

Hubungan yang cukup erat antara Arab dan Aceh dibuktikan juga dengan terdapatnya garis keturunan bangsa aceh yang sebahagiannya adalah keturunan nabi di sekitaran masjidil arab dan dibeberapa wilayah arab lainnya. 

Salah satu contohnya seperti Syeik Abdul Ghani Asyi yang pernah menjabat sebagai ketua Bulan Sabit Merah Timur Tengah, kemudian Alm. Dr. Jalal Asyi, mantan ketua mentri kesehatan Arab Saudi, DR. Ahmad Asyi, ia pernah menjabat sebagai Mentri Haji dan Waqaf dan beberapa orang lainnya. yang disebutkan ini adalah sebahagiannya saja dan hanya orang-orang yang berada di pemerintahan, namun keturunan lainnya masih banyak terdapat di beberapa wilayah timur tengah sana yang tidak kita ketahui.

Diriwayatkan bahwa pada tahun 1672 M, Syarif Barakat penguasa Mekkah pada akhir abad ke 17 mengirim duta besarnya ke timur. Mencari sumbangan untuk pemeliharaan Masjidil Haram. Karena kondisi Arab pada saat itu masih dalam keadaan miskin. Kedatangan mareka ke Aceh setelah Raja Moghol, Aurangzeb (1658-1707) tidak mampu memenuhi keinginan Syarif Barakat itu. 

Dia saat itu belum sanggup memberi sumbangan seperti biasanya ke Mesjidil Haram. Setelah empat tahun rombongan Mekkah ini terkatung katung di Delhi India. Atas nasehat pembesar di sana, rombongan ini berangkat ke Aceh dan tiba di Aceh pada tahun 1092 H (1681M). Sampai di Aceh, duta besar Mekkah ini disambut dan dilayani dengan baik dan hormat oleh Sri Ratu Zakiatuddin Inayatsyah (1678-1688 M). 

Di luar dugaan, kedatangan utusan syarif Mekkah ini menyulut semangat kelompok wujudiyah yang anti pemerintahan perempuan. Namun, karena sosok Sultanah Zakiatuddin yang ‘alim dan mampu berbahasa Arab dengan lancar. Bahkan menurut sejarah, dia berbicara dengan para tamu ini dengan menggunakan tabir dari sutra Dewangga (Jamil: 1968).

Utusan Arab sangat gembira diterima oleh Sri Ratu Zakiatuddin, karena mareka tidak mendapat pelayanan serupa ketika di New Delhi, India. Bahkan empat tahun mareka di India, tidak dapat bertemu Aurangzeb. 

Ketika mereka pulang ke Mekkah, Sri Ratu Zakiatuddin Inayat Syah, memberi mareka tanda mata untuk rombongan dan Syarif Mekkah juga sumbangan untuk Mesjidil Haram dan dan Mesjidil Nabawi di Madinah terdiri dari: tiga kinthar mas murni, tiga rathal kamfer, kayu cendana dan civet (jeuebeuet musang), tiga gulyun (alat penghisap tembakau) dari emas, dua lampu kaki (panyot-dong) dari emas, lima lampu gantung dari emas untuk Masjidil Haram, lampu kaki dan kandil dari emas untuk Masjid Nabawi.

Pada tahun 1094 (1683 M) mareka kembali ke Mekkah dan sampai di Mekkah pada bulan Sya’ban 1094 H (September 1683 M). Dua orang bersaudara dari rombongan duta besar Mekkah ini yakni Syarif Hasyim dan Syarif Ibrahim, tetap menetap di Aceh atas permintaan para pembesar negeri Aceh yang dalam anti raja perempuan (Jamil: 1968). Mereka dibujuk untuk tetap tinggal di Aceh sebagai orang terhormat dan memberi pelajaran agama dan salah satu dari mereka, kawin dengan Kamalat Syah, adik Zakiatuddin Syah. 

Lima tahun kemudian setelah duta besar Mekkah kembali ke Hijaz dengan meninggalkan Syarif Hasyim dan Syarif Ibrahim di Aceh, Sultanah Sri Ratu Zakiatuddin Inayat Syah wafat tepat pada hari Ahad 8 Zulhijjah 1098H (3 Oktober 1688 M). Pemerintahan Aceh digantikan oleh adiknya yaitu Seri Ratu Kamalatsyah yang bergelar juga Putroe Punti. Dia diangkat menjadi Ratu pemerintahan kerajaan Aceh atas saran Syeikh Abdurrauf Al Fansury yang bertindak pada saat itu sebagai Waliyul-Mulki (Wali para Raja).

Baru setelah meninggalnya Syeikh Abdurrauf pada malam senin 23 Syawal 1106 H (1695M), konflik mengenai kedudukan pemerintahan Aceh dibawah pemerintahan ratu yang telah berlangsung 54 tahun sejak Safiatuddin Syah(1641-1675M), terguncang kembali. 

Hal ini dipicu oleh fatwa dari Qadhi Mekkah tiba. Menurut sejarah, “fatwa import” ini tiba dengan “jasa baik” dari golongan oposisi ratu. Lalu pemerintah Aceh, diserahkan kepada penguasa yang berdarah Arab, yaitu salah satu dua utusan Syarif dari Mekkah, yakni suami Ratu Kemalatsyah, Syarif Hasyim menjadi raja pada hari Rabu 20 Rabi`ul Akhir 1109 H (1699M). 

Menurut sejarah, Ratu tersebut dimakzulkan akibat dari “fatwa import” tersebut. Lalu kerajaan Aceh memiliki seorang pemimpin yang bergelar Sultan Jamalul Alam Syarif Hasyim Jamalullail (1110-1113 H/1699-1702M). dengan berkuasanya Syarif Hasyim awal dari dinasti Arab menguasai Aceh sampai dengan tahun 1728 M. 

Inilah bukti sejarah bahwa kekuasaan para Ratu di Aceh yang telah berlangsung 59 tahun hilang setelah adanya campur tangan pihak Mekkah, paska para ratu ini menyumbang emas ke sana. Aceh yang dipimpin oleh perempuan selama 59 tahun bisa jadi bukti bagaimana sebenarnya tingkatemansipasi perempuan Aceh saat itu (Azyumardi Azra, 1999).

Terkait dengan sumbangan emas yang diberikan oleh Ratu kepada rombongan dari Mekkah, ternyata menjadi perbincangan dan perdebatan di Mekkah. Disebutkan bahwa sejarah ini tercatat dalam sejarah Mekkah dimana disebutkan bahwa emas dan kiriman Sultanah Aceh tiba di Mekkah di bulan Syakban 1094 H/1683 M dan pada saat itu Syarif Barakat telah meninggal. Pemerintahan Mekkah digantikan oleh anaknya Syarif Sa’id Barakat (1682-1684 M).

Snouck Hurgronje, menuturkan “Pengiriman Seorang Duta Mekkah ke Aceh Pada Tahun 1683” sempat kagum terhadap kehebatan Aceh masa lalu dan dicatat dalam bukunya, dimana sewaktu dia tiba di Mekkah pada tahun 1883. Karena Kedermawaan Bangsa dan Kerajaan Aceh masa itu, Masyarakat Mekkahmenyebut Aceh Sebagai "Serambi Mekkah" di sana. 

Ternyata sumbangan Kerajaan Aceh 200 tahun yang lalu masih selalu hangat dibicarakan disana. Menurutnya berdasarkan catatan sejarah Mekkah yang dipelajarinya barang barang hadiah itu sempat disimpan lama di rumah Syarif Muhammad Al Harits sebelum dibagikan kepada para Syarif yang berhak atas tiga perempat dari hadiah dan sedekah diberikan kepada kaum fakir miskin sedangkan sisanya diserahkan kepada Masjidil Haram dan Masjid Nabawi.

Begitu juga tradisi wakaf orang Aceh di tanah Arab sebagai contoh tradisi wakaf umum, ialah wakaf habib Bugak Asyi yang datang ke hadapan Hakim Mahkmah Syariyah Mekkah pada tanggal 18 Rabiul Akhir tahun 1224 H. 

Di depan hakim dia menyatakan keinginannya untuk mewakafkan sepetak tanah dengan sebuah rumah dua tingkat di atasnya dengan syarat; rumah tersebut dijadikan tempat tinggal jamaah haji asal Aceh yang datang ke Mekkah untuk menunaikan haji dan juga untuk tempat tinggal orang asal Aceh yang menetap di Mekkah. 

Sekiranya karena sesuatu sebab tidak ada lagi orang Aceh yang datang ke Mekkah untuk naik haji maka rumah wakaf ini digunakan untuk tempat tinggal para pelajar (santri, mahasiswa) Jawi (nusantara) yang belajar di Mekkah. 

Sekiranya karena sesuatu sebab mahasiswa dari Nusantara pun tidak ada lagi yang belajar di Mekkah maka rumah wakaf ini digunakan untuk tempat tinggal mahasiswa Mekkah yang belajar di Masjid Haram. Sekiranya mereka ini pun tidak ada juga maka wakaf ini diserahkan kepada Imam Masjid Haram untuk membiayai kebutuhan Masjid Haram.

Menurut sejarah, sebenarnya bukan hanya wakaf habib Bugak yang ada di Mekkah, yang sekarang hasilnya sudah dapat dinikmati oleh para jamaaah haji dari Aceh tiap tahunnya lebih kurang 2000 rial per jamaah. Peninggalan Aceh di Mekkah bukan hanya sumbangan emas pada masa pemerintahan ratu ini juga harta harta wakaf yang masih wujud sampai saat ini seperti :

Wakaf Syeikh Habib Bugak Al Asyi',
Wakaf Syeikh Muhammad Saleh Asyi dan isterinya Syaikhah Asiah (sertifikat No. 324) di Qassasyiah,
Wakaf Sulaiman bin Abdullah Asyi di Suqullail (Pasar Seng),
Wakaf Muhammad Abid Asyi,
Wakaf Abdul Aziz bin Marzuki Asyi,
Wakaf Datuk Muhammad Abid Panyang Asyi di Mina,
Wakaf Aceh di jalan Suq Al Arab di Mina,
Wakaf Muhammad Saleh Asyi di Jumrah ula di Mina,
Rumah Wakaf di kawasan Baladi di Jeddah,
Rumah Wakaf di Taif,
Rumah Wakaf di kawasan Hayyi al-Hijrah Mekkah.
Rumah Wakaf di kawasan Hayyi Al-Raudhah, Mekkah,
Rumah Wakaf di kawasan Al Aziziyah, Mekkah.
Wakaf Aceh di Suqullail, Zugag Al Jabal, dikawasan Gazzah, yang belum diketahui pewakafnya.
Rumah wakaf Syech Abdurrahim bin Jamaluddin Bawaris Asyi (Tgk Syik di Awe Geutah, Peusangan) di Syamiah Mekkah,
Syech Abdussalam bin Jamaluddin Bawaris Asyi (Tgk di Meurah, Samalanga) di Syamiah, Abdurrahim bin Abdullah bin Muhammad Asyi di Syamiah dan Chadijah binti Muhammad bin Abdullah Asyi di Syamiah.

Inilah bukti bagaimana generous antara ibadah dan amal shaleh orang Aceh di Mekkah.Mereka lebih suka mewakafkan harta mereka, ketimbang dinikmati oleh keluarga mereka sendiri. Namun, melihat pengalaman Wakaf Habib Bugak, agaknya rakyat Aceh sudah bisa menikmati hasilnya sekarang.

Fenomena dan spirit ini memang masih sulit kita jumpai pada orang Aceh saat ini, karena tradisi wakaf tanah tidak lagi dominan sekali. Karena itu, saya menganggap bahwa tradisi leluhur orang Aceh yang banyak mewakafkan tanah di Arab Saudi perlu dijadikan sebagai contoh tauladan yang amat tinggi maknanya. Hal ini juga dipicu oleh kejujuran pengelolalaan wakaf di negeri ini, dimana semua harta wakaf masih tercatat rapi di Mahkamah Syariah Saudi Arabia.

Sebagai bukti bagaimana kejujuran pengelolaan wakaf di Arab Saudi, Pada tahun 2008 Mesjidil haram diperluas lagi kekawasan Syamiah dan Pasar Seng. Akibatnya ada 5 persil tanah wakaf orang Aceh terkena penggusuran.

Tanah wakaf tersebut adalah kepunyaan Sulaiman bin Abdullah Asyi, Abdurrahim bin Jamaluddin Bawaris Asyi (Tgk Syik di Awe Geutah, Peusangan), Syech Abdussalam bin Jamaluddin Bawaris Asyi (Tgk di Meurah, Samalanga), Abdurrahim bin Abdullah bin Muhammad Asyi dan Chadijah binti Muhammad bin Abdullah Asyi. 

Di Mekkah juga penulis sempat bertemu dengan Saidah Taliah Mahmud Abdul Ghani Asyi serta Sayyid Husain seorang pengacara terkenal di Mekkah untuk mengurus pergantian tanah wakaf yang bersetifikat No 300 yang terletak di daerah Syamiah yang terkena pergusuran guna perluasan halaman utara Mesjidil haram Mekkah al Mukarramah yang terdaftar petak persil penggusuran no 608. Yang diwakafkan oleh Syech Abdurrahim Bawaris Asyi (Tgk Syik di Awe Geutah, Peusangan) dan adiknya Syech Abdussalam Bawaris Asyi (Tgk di Meurah, Samalanga).

Memang pada asalnya 75 persen tanah di sekitar Mesjidil Haram adalah tanah wakaf apakah itu wakaf khusus atau wakaf umum. Dan sebagiannya ada milik orang orang Aceh dulu dan ini bagian dari kejayaan Aceh yang pernah masuk dalam 5 besar negeri Islam di dunia bersama Turki, Morroko, Iran, Mughal India dan Aceh Darussalam di Asia tenggara. 

Menurut peraturan pemerintah Saudi Arabia para keluarga dan nadhir dapat menuntuk ganti rugi dengan membawa bukti kepemilikan (tentu memerlukan proses yang lama ie menelusuri siapa nadhir tanah wakaf tersebut, penunjukan pengacara dll) dan bisa menghadap pengadilan agama Mekkah menutut ganti rugi dan penggantian dikawasan lain di Mekkah sehingga tanah wakaf tersebut tidak hilang. 

Kalau seandainya tidak ada keluarga pewakaf lagi khusus untuk wakaf keluarga maka sesuai dengan ikrar wakaf akan beralih milik mesjidil haram atau baital mal. Inilah pelajaran atau hikmah tradisi wakaf di Mekkah yang semoga bisa menjadi contoh yang baik bagi pengelolaan wakaf di Aceh.


Mekkah Tempo Dulu

Itulah secuil catatan yang tercecer, tentang wakaf orang Aceh di Tanah Arab, walaupun generasi sekarang hanya mengenal bahwa Aceh adalah Serambi Mekkah. Namun sebenarnya ada rentetan sejarah yang menyebabkan Aceh memang pernah memberikan kontribusi penting terhadap pembinaan sejarah Islam di Timur Tengah. Karena itu, selain Aceh memproduksi Ulama, ternyata dari segi materi, rakyat Aceh juga memberikan sumbangan dan wakaf yang masih bisa ditelusuri hingga hari ini.

Karena itu, saya menduga kuat bahwa tradisi Islam memang telah dipraktikkan oleh orang Aceh saat itu, dimana “tangan di atas, lebih baik daripada tangan di bawah”. Akibatnya, kehormatan orang Aceh sangat disegani, baik oleh kawan maupun lawan. Dalam hal ini, harus diakui bahwa Snouck telah “berjasa” merekam beberapa akibat dari episode sejarah kehormatan orang Aceh.

Inilah pelajaran penting bagi peneliti sejarah Aceh, dimana selain bukti-bukti otentik, sejarah juga bisa ditulis melalui oral history (sejarah lisan). Pelajaran ini sangat penting bagi generasi sekarang untuk melacak dimana peran orang Aceh di beberapa negara, termasuk di Timur Tengah.

Inilah sekelumit hasil muhibbah saya ke Arab Saudi dan saya benar-benar terkesima dengan pengakuan identitas "Asyi" dan pola pengelolaan wakaf di Arab Saudi. Selain ini, di dalam perjalanan ini, saya sempat berpikir apakah nama baik orang Aceh di Arab Saudi bisa sederajat dengan nama baik Aceh di Indonesia dan di seluruh dunia. Yang menarik adalah hampir semua negara yang saya kunjungi, nama Aceh selalu dihormati dan dipandang sebagai bagian dari peradaban dunia.

Inilah beberapa bukti bahwa sebenarnya bahwa walaupun sanad hadist ini tidak disebutkan dari beberapa bukti diatas telah menunjukkan bahwa terdapat sisi kesinambungan bukti bahwa Rasullah pernah menyebutkan bahwa Aceh ini adalah negara islam dan tempat dimana banyak para wali dan ulama Allah muncul. 

Dan memang terbukti bahwa sekrang saja di aceh banyak para ulama yang muncul, mulai dari Hamzah fansuri, Syeikh Kuala hingga Abuya Muda Waly dan murid-muridnya hingga sekarang saat ini. Itulah sebabnya mengapa aceh disebut Serambi Mekkah, kerena jika ibarat Masjidil Haram, Kakbahnya adalah di Makkah maka teras menuju ke Kakbah adalah Acehnya. 

Semoga tulisan ini dapat menjadi bahan referensi kita sebagai orang aceh yang selalu cinta kepada para wali Allah dan ulama-ulama-Nya juga negri tanah air ini. 


Penulis : 

Tgk. Habibie M. Waly S.TH
Didapat dari berbagai referensi

Brigjen TNI Suhartono

BIOGRAFI-  Brigjen TNI Suhartono dalam waktu dekat akan mengemban posisi Komandan Pasukan Pengamanan Presiden (Danpaspampres).

Pria berpangkat brigjen ini merupakan lulusan Akademi Angkatan Laut tahun 1988 itu telah malang melintang dengan berbagai jabatan.

Suhartono akan menggantikan posisi Danpaspampres yang sebelumnya diisi Mayjen TNI Bambang Suswantono. Terakhir, Suhartono mengemban amanah sebagai Komandan Pangkalan Utama TNI Angkatan Laut IX/Merauke Komando Armada Indonesia Kawasan Timur(Danlantamal XI/Mer Koarmatim).

Dihimpun dari berbagai sumber, Kamis (23/2/2017), nama Suhartono dikenal ketika penyerbuan perompak Somalia yang menguasai kapal MV Sinar Kudus seperti tersalin dalam buku 'Satgas Merah Putih: Memburu Perompak Somalia' yang diterbitkan Markas Komando Korps Marinir. 

Tentang buku itu, detikcom pernah memberitakannya dengan judul 'Detik-detik Menegangkan Mengamankan MV Sinar Kudus dari Bajak Laut Somalia' di tahun 2014

Saat itu Suhartono yang masih berpangkat Kolonel Marinir memimpin tim penyerbuan dan melakukan koordinasi serta pengecekan kelengkapan personel. Saat itu, 4 perompak dilumpuhkan dan satu skiff yang mengancam MV Sinar Kudus berhasil diamankan.

Suhartono mengawali karier sebagai Dandenwalpri Grup A Paspampres, lalu dia pernah pula menjadi Komandan Satuan Intai Amphibi. Di tahun 2011. 

Suhartono pun pernah menjadi Komandan Denjaka. Denjaka yang merupakan singkatan dari Detasemen Jala Mangkara adalah sebuah detasemen pasukan khusus TNI Angkatan Laut. Denjaka dikhususkan untuk satuan anti teror dan bisa dioperasikan di mana saja terutama di laut.

Dengan segudang pengalaman, tentunya Suhartono memiliki kapasitas yang mumpuni untuk mengamankan orang nomor satu di Indonesia yaitu Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan jajarannya. (Detiknews)

00:16 , ,
Biografi - Mengenakan kemeja putih dipadu peci hitam, pasangan ini diantar ratusan relawan dan kader partai pendukungnya. Tiba di Kantor KIP sekitar pukul 09.30 WIB, Irwandi-Nova turut didampingi Wasekjen Demokrat yang juga anggota DPR RI Rifky Harsa. Turut hadir Ketua PDIP Aceh Karimun Usman, Ketua PNA Mukhsalmina, Ketua PDA Teungku Muhibussabri, petinggi PKB, serta mantan Walikota dan Wakil Walikota Sabang Munawar Liza Zainal dan Islamuddin.

“Dari jalur independen saja saya optimis, apalagi kini bersama partai,” tutur Irwandi Yusuf kala itu.

Dukungan sejumlah Parpol pengusung terbilang tidak mudah diperoleh Irwandi. Selama berbulan-bulan Irwandi getol melobi partai pengusung. Sejak menggelar pertemuan pertama kali dengan Ketua DPP Partai Demokrat Pramono Edhie Wibowo pada Rabu, 8 Juni 2016, wacana menduetkan Irwandi dengan kader Demokrat sudah dimunculkan. Kala itu, rapat yang berlangsung di kantor Partai Demokrat ini juga dihadiri Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) T Rifky Harsya, Ketua DPD Demokrat Aceh Nova Iriansyah dan Muslem, anggota DPR RI asal Aceh. Sementara itu, Irwandi ditemani Nico dan Sayuti Abubakar.

Pembahasan berlanjut terkait deal politik kedua belah pihak, yakni membahas komitmen Demokrat untuk mendukung Irwandi Yusuf. Namun, Demokrat mengajukan syarat, bakal calon wakil harus dari Demokrat.

Dalam pertemuan itu, nama kader Demokrat yang akan dipasangkan dengan Irwandi telah mengerucut ke satu nama, yakni Nova Iriansyah.

Irwandi juga diketahui menemui Ketua Umum PPP Romahurmuziy dan Wakil Sekjen NasDem yang juga Sekretaris Bapilu NasDem, Willy Aditya. Namun, meski memberi apresiasi kepada Irwandi, kedua partai ini diketahui pada akhirnya tak jadi mengusung Irwandi.

Janji Demokrat akan menyerahkan dukungan sepekan setelah pertemuan di Kantor DPP malah molor. Ia lantas melobi Golkar. Irwandi membuat bargaining dengan Setya Novanto.

Pada Kamis 14 Juli 2016, Irwandi sempat menemui Setya Novanto di rumahnya. Hadir dalam pertemuan itu Sekretaris Jendral Golkar Idrus Marham beserta sejumlah petinggi Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Golkar. Didampingi Ketua Umum PNA Irwansyah, Irwandi mengutarakan keinginannya agar diusung Golkar. Meski begitu, dalam rapat tersebut, Irwandi menyampaikan bahwa dirinya masih menunggu surat dukungan resmi dari Demokrat.

Hanya saja, Irwandi berjanji siapapun partai yang terlebih dahulu mengeluarkan dukungan resmi, akan diberikan kewenangan menunjuk wakil.

Mendapat sinyal Golkar, Irwandi menjadi tenang. Namun, sepekan kemudian, janji keluarnya dukungan resmi Golkar tak terealisasi. Irwandi panik. Walau tidak mengakui disandera oleh kepentingan Parpol, Irwandi menyiapkan langkah antispasi. Gubernur pertama di Indonesia yang terpilih dari jalur indpenden ini memerintahkan relawannya segera mengumpulkan KTP karena masa penyerahan dukungan dari jalur indpenden sudah di depan mata.

Dia dan timnya pun mengumpulan KTP dukungan. Bahkan, dalam dua minggu, kubunya mengklaim berhasil meraup 180 ribu lembar fotokopi KTP. “Ada yang datang menyerahkan sendiri KTP mereka ke pos-pos kami di seluruh Aceh dan sekaligus mendaftarkan diri menjadi relawan. Saya terharu dengan dukungan luar biasa itu dan mengucapkan terimakasih sedalam-dalamnya, dan hormat setinggi-tingginya,” sebut Irwandi, Sabtu (7/8/2016).

Irwandi Yusuf akhirnya dipastikan maju dari jalur partai politik setelah mendapat surat rekomendasi Dewan Pimpinan Pusat Partai Demokrat. Dia resmi dipasangkan dengan Nova Iriansyah pada Pilkada 2017.

Pada Jumat, Jumat, 5 Agustus 2016, pasangan Irwandi-Nova menandatangani pakta integritas Partai Demokrat di Taman Partai Politik Wisma Proklamasi, Jakarta Pusat. Penetapan keduanya berdasarkan hasil keputusan dalam sidang Majelis Tinggi Partai Demokrat, Kamis (04/08/16).

Meski akhirnya tidak diusung Golkar, karena partai beringin akhirnya mendukung Tarmizi Karim, Irwandi mengatakan semalam sebelum keputusan tersebut keluar, dirinya sempat menjumpai Nurdin Halid di Hermes Hotel, Kamis, 25 Agustus 2016. Kala itu, Halid menyatakan dukungan Golkar masih mengarah ke Irwandi. Namun keesokan harinya, keputusan Golkar sebaliknya. Golkar justru mendukung Tarmizi Karim.

“Nurdin Halid sudah menceritakan kepada saya kenapa Golkar mendukung (Tarmizi Karim), namun tak etis saya menjelaskannya,” ungkap Irwandi.

Sebelum bertemu Halid, Irwandi juga menerima kunjungan sejumlah Ketua DPD II Golkar dari berbagai daerah di Aceh. Dirinya tak merinci siapa saja Ketua DPD yang hadir. “Saya tak hitung, sekitar 10 hingga 12 Ketua DPD II Golkar datang ke rumah dan mereka menyatakan mendukung saya meskipun nantinya DPP memutuskan mendukung orang lain,” ujar Irwandi.

Pasangan ini pun akhirnya diusung oleh empat partai dan satu partai pendukung. Tercatat, Partai Demokrat, Partai Nasional Aceh, Partai Damai Aceh, dan Partai Kebangkitan Bangsa mengusung pasangan tersebut dengan total 13 kursi di DPRA. Sementara PDI-P yang tak punya kursi di Parlemen Aceh di detik-detik terakhir akhirnya ikut mendukung pasangan yang mengusung jargon ‘Pilkada Halal’ ini.[Sumber: pikiranmerdeka.co]

Presiden RI Ir. Soekarno

BIOGRAFI- Tulisan singkat ini menceritakan bagaimana proklamator dan presiden RI pertama Ir Soekarno menghabiskan hari-hari dalam penjara.

Pemerintah kolonial Belanda memenjarakan Soekarno dalam Penjara Sukamiskin, Bandung. Mereka menuding Soekarno melawan pemerintah kolonial. Soekarno pun menghabiskan waktu dua tahun sepanjang 1930-akhir 1931 dalam penjara.

Soekarno diisolasi dalam tahanan. Dia tak boleh berbicara dengan tahanan lain. Belanda takut Soekarno akan menggerakkan perlawanan para tahanan.

Selama dalam tahanan Belanda juga melarang Soekarno membaca buku politik. Ternyata hal ini malah menjadi jalan bagi Soekarno untuk menekuni agama Islam.

Soekarno mengaku sebelumnya tak mempelajari Islam dengan baik. Ayahnya tak memberikan contoh. Dia baru mengenal Islam saat kos di rumah HOS Tjokroaminoto diSurabaya. Tapi ketika itu dirinya tak begitu tertarik mempelajari agama.

"Di dalam penjaralah aku menjadi penganut Islam yang sesungguhnya," kata Soekarno dalam biografi yang ditulis Cindy Adams.

Kegelapan dalam sel makin membuat Soekarno khusyuk mempelajari agama. Di malam-malam yang panjang dia bermunajat pada Allah SWT. Soekarno juga selalu salat lima waktu.

"Aku mulai mencerna Alquran pada usia 28 tahun. Aku membacanya mulai dari saat aku bangun. Sekarang aku memahami Tuhan tiada terhingga, meliputi seluruh alam. Maha Kuasa. Maha Ada. Dia hanya satu, tapi ada di mana-mana. Tuhan ada di angkasa, di atas puncak gunung, di bintang-bintang di venus dan dalam cincin di saturnus," kata Soekarno.

Soekarno juga membaca buku-buku dan kerap berdiskusi tentang kepercayaan lain. Tapi dia mengaku menemukan titik terang saat membaca Alquran dan mempelajari Islam.

"Kemudian aku membaca Alquran. Dan hanya setelah menyerap pemikiran-pemikiran Nabi Muhammad SAW, aku tidak lagi mencari-cari buku sosiologi untuk memperoleh jawaban dan bagaimana sesuatu terjadi. Aku memperolehnya dalam ucapan-ucapan Nabi dan aku sangat puas," beber Soekarno.

Soekarno merangkul semua agama. Dia mencontohkan hidup bertoleransi antarumat beragama. Dia sangat akrab dengan para pemimpin Islam di Arab, namun pemimpin Katolik di Vatikan pun menghormatinya.

"Aku adalah seorang Islam yang hingga saat ini telah mendapatkan tiga medali tertinggi dari Vatikan. Bahkan Presiden Irlandia pun mengeluh dia hanya dapat satu," kata Soekarno bangga.(mdk)

Mohammad Yamin merupakan salah satu tokoh yang ikut terlibat dalam pengeluaran gagasan mengenai dasar negara bersama dengan Presiden pertama Republik Indonesia, yaitu Ir. Soekarno dan juga Dr. Soepomo pada tanggal 29 Mei sampai dengan 1 Juni 1945 pada sidang pertama BPUPKI.
Prof. Mr. Mohammad Yamin, S.H. lahir pada tanggal 24 Agustus 1903 di Talawi, Sawahlunto, Sumatera Barat.
Mohammad Yamin itu seorang yang ahli dalam hukum, budayawan, politikus, sastrawan, dan sejarahwan. Ia juga dikenal sebagai salah satu pelopor Sumpah Pemuda sekaligus "pencipta imaji keindonesiaan", yang mempengaruhi persatuan Indonesia.
biografi mohammad yamin
Mohammad Yamin putra dari pasangan Usman Baginda Khatib dan Siti Saadah yang masing-masing berasal dari Sawahlunto dan Padang Panjang. Menurut informasi yang kami dapat, ayahnya mempunyai 16 orang anak dari 5 istri, yang hampir keseluruhan anak-anaknya menjadi intelektual yang berpengaruh dalam perkembangan Indonesia.
Saudara-saudara dari Mohammad Yamin, antara lain : Djamaluddin Adinegoro, seorang wartawan terkemuka, Muhammad Yaman, seorang pendidik, Ramana Usman, pelopor korps diplomatik Indonesia. Selain itu, sepupunya yang bernama Mohammad Amir, merupakan tokoh pergerakan kemerdekaan Indonesia.

Jejak Pendidikan Mohammad Yamin

Moh. Yamin mendapatkan pendidikan dasarnya di Hollandsch-Inlandsche School (HIS) di Palembang kemudian beliau melanjutkannya di Algemeene Middelbare School (AMS) di Yogyarakrta. 
Ketika di AMS Yogyakarta, Moh. Yamin mulai mempelajari sejarah purbakala dan berbagai bahasa seperti Yunani Latin, dan Kaei. Setelah tamat dari pendidikannya, ia berniat untuk melanjutkannya ke Leiden, Belanda, tapi hal tersebut tidak terjadi karena ayahnya meninggal dunia.
Mohammad Yamin kemudian menjalani kuliah di Rechtshoogeschool te Batavia (Sekolah Tinggi Hukum di Jakarta, yang kelak menjadi Fakultas Hukum Universitan Indonesia), dan beliau berhasil memperoleh gelar Meester in de Rechten (Sarjana Hukum) pada tahun 1932.

Mohammad Yamin di Dunia Sastra

Moh. Yamin memulai karier sebagai seorang penulis sekitar pada taun 1920-an semasa dunia sastra di Indonesia sedang mengalami perkembangan. Karya-karya pertamanya ia tulis menggunakan bahasa Melayu dalam Jurnal Jong Sumatera, sebuah jurnal berbahasa Belanda pada tahun 1920.
Pada tahun 1922, Yamin muncul untuk pertama kalinya sebagai penyair dengan puisinya, yang berjudul Tanah Air; yang ia maksud dengan tana airnya, yaitu Minangkabau di Sumatera. Tanah Air merupakan himpunan dari pusisi modern Melayu pertama yang diterbitkan.
Pada tanggal 28 Oktober 1928, munculnya himpunan dari puisi modern yang kedua, yaitu dengan berjudul Tumpah Daraku. Karya ini dinilai sangat penting dari segi sejarah, karena pada waktu itulah Yamin beserta dengan beberapa orang pejuang kebangsaan memutuskan untuk menghormati satu tanah air, satu bangsa, dan satu bahasa Indonesia yang tunggal.
Dalam karya puisinya, Yamin banyak menggunakan bentuk soneta yang dipinjamnya dari literarut Belanda, ia juga sering melakukan eksperimen bahasa dalam puisi-puisinya, namun ia lebih menepati norma-norma klasik Bahasa Melayu.
Tidak hanya dalam hal puisi, Moh. Yamin juga menerbitkan banyak drama, esei, dan novel sejarah. Ia juga menerjemahkan karya-karya dari William Shakespeare (drama Julius Caesar) dan Rabindranath Tagore.

Karya-karya Mohammad Yamin

Nah, berikut ini beberapa karya dari Moh. Yamin
  1. Tanah Air (Puisi-1922)
  2. Indonesia, Tumpah Darahku (1928)
  3. Kalau Dewa Tara Sudah Berkata (drama-1932)
  4. Ken Arok dan Ken Dedes (drama-1934)
  5. Sedjarah Peperangan Dipanegara (1945)
  6. Tan Malaka (1945)
  7. Gadjah Mada (novel-1948)
  8. Sapta Dharma (1950)
  9. Revolusi Amerika (1951)
  10. Proklamasi dan Konstitusi Republik Indonesia (1951)
  11. Bumi Siliwangi (Soneta-1954)
  12. Kebudayaan Asia-Afrika (1955)
  13. Konstitusi Indonesia dalam Gelanggang Demokrasi (1956)
  14. 6000 Tahun Sang Merah Putih (1958)
  15. Naskah Persiapan Undang-undang Dasar, 3 jilid (1960)
  16. Ketatanegaraan Madjapahit, 7 jilid 

Sepak Terjang Mohammad Yamin di Dunia Politik

Moh. Yamin memulai karier politiknya saat ia masih menjadi mahasiswa di Jakarta. Pada waktu itu ia bergabung ke dalam organisasi Jong Sumatranen Bond dan menyusun ikrah Sumpah Pemuda yang dibacakan pada Kongres Pemuda II.
Dalam ikrar tersebut, Yamin menetapkan Bahasa Indonesia, yang berasal dari Bahasa Melayu sebagai bahasa nasional Indonesia. Melalui organisasi Indonesia Muda, Yamin mendesak agar Bahasa Indonesia dijadikan sebagai alat persatuan. Kemudian selepas kemerdekaan, Bahasa Indonesia menjadi bahasa resmi serta bahasa utama dalam kesusateraan Indonesia.
Mohammad Yamin yang kuliah di Sekolah Tinggi Hukum di Jakarta, akhirnya pada tahun 1932 memperoleh gelar sarjana hukum. Ia bekerja dalam bidang hukum di Jakarta sampai tahun 1942, masih di tahun yang sama, ia tercatat sebagai anggota Partindo.
Partindo bubar, bersama dengan Adenan Kapau Gani dan  Amir Sjarifoeddin, ia mendirikan Gerakan Rakyat Indonesia (Gerindo). Ia terpilih sebagai anggota Volksraad pada tahun 1939.
Pada masa pendudukan negara Jepang di Indonesia pada tahun (1942-1945), Yamin bertugas di Pusat Tenaga Rakyat (PUTERA), sebuah organisasi nasionalis yang disokong oleh pemerintah Jepang. Pada tahun 1945, ia terpilih sebagai anggota Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI).
biografi mohammad yamin
Mohammad Yamin juga mengemukakan pendapatnya mengenai dasar negara pada sidang pertama BPUPKI yang dilaksanankan pada tanggal 29 Mei sampai 1 Juni 1945. Berikut ini usulan dasar negara dari Moh. Yamin :
  1. Peri Kebangsaan
  2. Peri Kemanusiaan
  3. Peri Ketuhanan
  4. Peri Kerakyatan
  5. Kesejahteraan rakyat.

Pada sidang BPUPKI, Yamin banyak memainkan peran. Ia berpendapat agar hak asasi manusia dimasukkan ke dalam konstitusi negara. Ia juga mengusulkan agar wilayah Indonesia pasca-kemerdekaan, mencakup Sarawak, Sabah, Semenanjung Malaya, Timor Portugis, serta semua wilayah Hindia Belanda.
Soekarno yang pada saat itu juga merupakan anggota BPUPKI menyokong ide Yamin tersebut. Pasca kemerdekaan, Soekarno menjadi Presiden Republik Indonesia yang pertama, dan Yamin juga dilantik untuk jabatan-jabatan yang penting dalam pemerintahannya.
Pasca kemerdekaan, beberapa jabatan yang pernah dijabat oleh Moh. Yamin antara lain :
  1. Anggota DPR (sejak tahun 1950)
  2. Menteri Kehakiman (1951-1952)
  3. Menteri Pengajaran, Pendidikan, dan Kebudayaan (1953-1955)
  4. Menteri Urusan Sosial dan Budaya (1959-1960)
  5. Ketua Dewan Perancang Nasional (1962)
  6. Ketua Dewan Pengawan IKBN Antara (1961-1962)
  7. Menteri Penerangan (1962-1963)
Pada saat menjabat sebagai Menteri Pengajaran, Pendidikan, dan Kebudayan, Yamin banyak mendorong pendirian universitas-universita negeri dan swasta di seluruh Indonesia. Di antara perguruan tinggi yang ia dirikan adalah Universitas Andalas di Padang, Sumatera Barat.

Mohammad Yamin dengan  Keluarga

Mohammad Yamin menikah dengan Siti Sundari pada tahun 1937. Istrinya adalah seorang putri bangsawan dari Kadilangu, Demak, Jawa Tengah. Dari pernikahan tersebut mereka dikaruniai satu orang putra, yang bernama Dang Rahadian Sinayangsih Yamin.
Pada tahun 1969, Dian melangsungkan pernikahannya dengan Raden Ajeng Sundari Merto Amodjo, putri tertua dari Mangkunegoro VIII (butuh rujukan).

Akhir Hidup Mohammad Yamin

Mohammad Yamin lahir pada tanggal 24 Agustus 1903 di Talawi, Sawahlunto, Sumatera Barat dan meninggal pada tanggal 17 Oktober 1962.

Penghargaan 

Atas jasa-jasanya dalam perkembangan Indonesia, Moh. Yamin mendapat beberapa penghargaan.
  1. Gelar Pahlawan Nasional pada tahun 1973 sesuai dengan SK Presiden RI No. 088/TK/1973.
  2. Bintang Mahaputra RI, tanda penghargaan tertinggi dari Presiden RI atas jasa-jasangan pada nusa dan bangsa.
  3. Tanda penghargaan dari Corps Polisi Militer sebagai pencipta lambang Gajah Mada dan Panca Darma Corps.
  4. Tanda penghargaan Panglima Kostrad atas jasanya menciptakan Pataka Komando Cadangan Strategi Angkatan Darat.
Informasi di atas kami sadur dari berbagai sumber yang ada di Internet, jika ada kesalahan atau kekurangan dari informasi di atas, kami meminta maaf dan kamu juga bisa membetulkannya melalui kolom komentar, terima kasih.(biografipedia.com)

Bripka Wahyu Muliawan melaksanakan salat di antara sayur-sayuran di Kecamatan Medan Marelan, Medan, Kamis (2/2). Bripka Wahyu dari satuan Bhabinkamtibmas Polsek Medan Labuhan ini kesehariannya membina para pedagang sayur dan menggerakkan potensi masyarakat serta memberdayakan para mantan narkoba untuk bekerja.TRIBUN MEDAN/RISKI CAHYADI
MEDAN - Masih ingatkah anda akan sosok polisi jujur, Brigadir Polisi Kepala Seladi asal Malang, Jawa Timur yang gigih menjadi pemulung sampah dan menolak uang sogokan, tidak lakukan pungli? Ternyata kisah inspiratif seperti itu terdapat pada diri Si Polisi Sayur berikut ini.

Kisah ini bermula Kamis (2/2/2017) ketika Kapolda Sumatera Utara Irjen Pol Rycko Amelza Dahniel, memberikan penghargaan kepada personel polisi berprestasi yang ada di jajaran Polda Sumut.

Dari sekian banyak personel polisi yang mendapat penghargaan, satu personel polisi mendapat penghargaan yang unik dari Kapolda Sumut, yaitu Si Polisi Sayur.

Penghargaan ini diterima Bripka Wahyu Mulyawan yang bertugas di Polsek Medan Labuhan.

Usut punya usut, ternyata Bripka Wahyu yang tinggal di Jalan Yong Panah Hijau, Lingkungan 3 Gang Mawar, Kelurahan Labuhan Deli, Kecamatan Medan Marelan ini ternyata memiliki kegiatan sebagai pedagang sayur dan membina petani-petani sayur di samping kegiatannya sebagai polisi yang bertugas di Bhabinkamtibmas Polsek Medan Labuhan.

Saat disambangi Tribun Medan/ www.Tribun-Medan.com ke tempat dia beraktivitas sebagai pedagang sayur yang tidak jauh dari rumahnya, Bripka Wahyu yang mengenakan seragam cokelat kebanggaannya berkali-kali mengangkat sayur mayur dari becak barang yang silih berganti datang ke gudang sayur miliknya.

Gudang tempat menempatkan sayur mayur tersebut juga merupakan buah karya dari Bripka Wahyu untuk membantu para petani untuk menyalurkan hasil pertaniannya dengan harga pasaran (sesuai standar pasar).

Sayuran hasil pertanian para petani ini disalurkan ke berbagai penjuru pasar di Kota Medan.

04:20 ,
Pengumuman Pendaftaran Anggota POLRI Tahun Anggaran 2017.

Program Studi yang dibutuhkan:

    S2 PROFESI KEDOKTERAN FORENSIK
    S2 PROFESI PSIKOLOGI
    S1 PROFESI KEDOKTERAN UMUM
    S1 PROFESI KEDOKTERAN GIGI
    S1 DESAIN GRAFIS
    S1 HUBUNGAN INTERNASIONAL
    S1 HUKUM PIDANA
    S1 ILMU KOMUNIKASI (JURNALISTIK)
    S1 ILMU KOMUNIKASI (PUBLIC RELATION)
    S1 ILMU SEJARAH
    S1 KURIKULUM PENDIDIKAN
    S1 SISTEM INFORMASI
    S1 SENI MUSIK
    S1 PSIKOLOGI
    S1 TEKNIK INFORMATIKA
    S1 TEKNIK INFORMATIKA (PEMINATAN JARINGAN)
    S1 TEKNIK INFORMATIKA (PEMINATAN SISTEM MULTIMEDIA)
    S1 TEKNIK ELEKTRO
    S1 TEKNIK SIPIL
    S1 TEKNIK TELEKOMUNIKASI
    S1 TEKNIK NUKLIR
    S1 TEKNIK METALURGI
    S1 TEKNIK KIMIA
    D-IV SANDI NEGARA
    D-IV AHLI NAUTIKA TK. III

Persyaratan Umum :

    Warga Negara Indonesia (pria atau wanita);
    beriman dan bertakwa kepada tuhan yang maha esa;
    setia kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD Negara Republik Indonesia tahun 1945;
    berumur paling rendah 18 (delapan belas) tahun;
    sehat jasmani dan rohani (surat keterangan sehat dari institusi kesehatan minimal setingkat RSUD);
    tidak sedang terlibat kasus pidana atau pernah dipidana karena melakukan suatu kejahatan dibuktikan dengan Surat Keterangan Catatan Kepolisian (SKCK);
    berwibawa, jujur, adil dan berkelakuan tidak tercela;
    bersedia ditempatkan diseluruh wilayah NKRI dan bersedia ditugaskan pada semua bidang tugas kepolisian;

Persyaratan Khusus :

  1. pria dan wanita belum pernah menjadi anggota Polri;
  2. berijazah :
    1. S2 sesuai dengan prodi yang dibutuhkan diatas;
    2. S1 sesuai dengan prodi yang dibutuhkan diatas;
    3. D-IV Ahli Nautika Tk. III (wajib memiliki ijazah Ahli Nautika Tk. III dari Ditjen Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan Republik Indonesia)
  3. bagi lulusan yang berasal dari Perguruan Tinggi Negeri/Swasta dengan program studi  yang terakreditasi  A dengan IPK minimal 2,75 dan bagi lulusan yang berasal dari Perguruan Tinggi Negeri/Swasta dengan program studi  yang terakreditasi B dengan IPK minimal 3,00 (terdaftar di BAN-PT);
  4. wajib melampirkan tanda lulus/ijazah yang dilegalisir/diketahui oleh Pembantu Dekan bidang Akademik;
  5. bagi lulusan Perguruan Tinggi di Luar Negeri wajib melampirkan surat keputusan penyetaraan yang dikeluarkan oleh Dirjen Pendidikan Tinggi;
  6. umur pada saat pembukaan pendidikan pembentukan SIPSS T.A. 2017 :
    1. maksimal 36 (tiga puluh enam) tahun untuk S-2 Profesi;
    2. maksimal 29 (dua puluh sembilan) tahun untuk S-1 Profesi;
    3. maksimal 26 (dua puluh enam) tahun untuk S-1/D-IV;
  7. tinggi badan minimal (dengan berat badan seimbang menurut ketentuan yang berlaku) :
    1. pria : 160 (seratus enam puluh) cm
    2. wanita : 155 (seratus lima puluh lima) cm
  8. belum pernah menikah (belum pernah hamil/melahirkan) dan sanggup untuk tidak menikah selama dalam pendidikan pembentukan, khusus S-2 Profesi diperbolehkan sudah menikah namun bagi wanita belum mempunyai anak dan sanggup tidak mempunyai anak/hamil selama pendidikan pembentukan;
  9. mampu mengoperasionalkan komputer dibuktikan dengan sertifikat/ijasah;
  10. bersedia menjalani Ikatan Dinas Pertama (IDP) selama 10 tahun terhitung mulai saat diangkat menjadi Perwira Polri;
  11. tidak terikat perjanjian ikatan dinas dengan instansi lain;
  12. mendapat persetujuan dari instansi yang bersangkutan bagi yang sudah bekerja dan pernyataan berhenti dengan hormat bila lulus seleksi dan terpilih masuk pendidikan pembentukan Polri;
  13. khusus untuk Prodi Kedokteran :
    1. Dokter Spesialis menyertakan ijasah dokter spesialis;
    2. Dokter umum wajib mempunyai Surat Tanda Selesai Internsip (STSI) dan Surat Tanda Registrasi (STR) definitif;
    3. Dokter gigi menyertakan Surat Tanda Registrasi (STR) definitif;
  14. mengikuti dan lulus pemeriksaan dan pengujian sebagai berikut :
    1. Tingkat daerah dengan sistem gugur meliputi :
      1. pemeriksaan administrasi;
      2. pemeriksaan kesehatan tahap I;
      3. pemeriksaan psikologi tertulis;
      4. pemeriksaan kesehatan tahap II;
    2. Tingkat pusat dengan sistem gugur meliputi :
      1. pemeriksaan administrasi;
      2. pemeriksaan kesehatan termasuk Kesehatan jiwa;
      3. pemeriksaan psikologi wawancara;
      4. pemeriksaan PMK (Penelusuran Mental Kepribadian);
      5. Uji Akademik menggunakan Computer Assisted Test (CAT) meliputi :
        1. Tes Potensi AKademik
        2. TOEFL
      6. Uji Kompetensi (praktek keahlian sesuai profesi/Prodi);
      7. pemeriksaan dan pengujian kemampuan jasmani;
      8. Sidang Penetapan Kelulusan Akhir
Catatan:
  • Pendaftaran Online, Verifikasi & Pemeriksaan Administrasi Awal dimulai tanggal 04 s.d 21 Februari 2017
  • Untuk informasi selengkapnya dan untuk mendownload form pendaftaran, langsung menuju informasi dari websire resmi http://penerimaan.polri.go.id


01:38 ,
Kapolres Pidie, AKBP Muhajir SIK MH, memperlihatkan senjata api yang diserahkan warga di Mapolres setempat.
Aceh - Tgk Saifuddin (42), petani Gampong Dayah Mamplam, Kecamatan Leupung, Aceh Besar, menemukan senjata api (senpi) laras panjang jenis AK 101. Senpi tersebut ditemukan di bekas barak tsunami Blang Mi, desa setempat, Kamis (2/2) pagi, sekitar pukul 09.00 WIB.

Kapolres Aceh Besar, AKBP Drs Heru Suprihasto SH didampingi Wakapolres Kompol Agung Prasetyo SH, mengatakan senpi tersebut diduga peninggalan tsunami. Pasalnya, ungkap Kompol Agung dari kondisi senpi AK 101 tersebut telah berkarat, di samping sudah tidak aktif, diperkirakan senpi itu tidak dapat digunakan lagi.

Meski demikian, ungkapnya, jajaran Polres Aceh Besar, menyampaikan terima kasih dan apresiasi atas laporan yang disampaikan masyarakat atas penemuan senpi itu ke pihaknya melalui Keuchik Gampong Deah Mamplam. “Kami imbau seluruh masyarakat untuk melaporkan ke pihak yang berwajib, bila mengetahui, melihat, atau menemukan suatu barang atau benda berbahaya di sekitarnya,” sebutnya.

Wakapolres Aceh Besar ini menjelaskan, senpi itu ditemukan saat Tgk Saifuddin membersihkan kebun di bekas barak tsunami Blang Mi, Gampong Deah Mamplam, Kecamatan Leupung, yang telah dipenuhi semak-semak. Senpi itu tersangkut pada ranting kayu tersebut.

Temuan itu langsung dilaporkan Tgk Saifuddin pada keuchik. Dan selanjutnya keuchik melaporkan pada Bhabinkamtibmas Bripka Fuadi. Menindaklanjuti laporan tersebut Bripka Fuadi dan personel Polsek Leupung menuju ke lokasi temuan dan mengamankan senpi AK-101 itu dan selanjutnya senpi itu diamankan di Polsek Leupung. (Serambinews.com)

01:35 ,
Ilustrasi
Nusantara - Bripka Dedi S (38), anggota Polres Gayo Lues, Aceh, ditangkap anggota intel Kodim 0113/GL dan masyarakat di Desa Sesik Porang Ayu Kecamatan Blangpegayon, sekitar pukul 08.00 WIB, Kamis (2/2).

Dedi diduga mencoba merampok dan melakukan penyekapan pemilik sebuah rumah. Serka Chandra yang bertugas di satuan Unit Intel Kodim 0113/GL menyebutkan awal penangkapan berawal kecurigaannya terhadap tersangka Bripka Dedi S yang mondar-mandir di sekitar rumahnya.

Merasa ada yang ganjil, Serka Chandra terus melakukan pemantauan. Tak lama tersangka terlihat memasuki rumah tetangganya, Saleh (37), staf di salah satu bank di Gayo Lues.

Karena kecurigaannya terbukti, dirinya bergegas mengambil senjata api dan mendatangi rumah tersebut. Dia langsung menyusul masuk ke rumah Saleh, yang ditunggui adik iparnya Sri Ayu (19), seorang mahasiswi.

Tak lama kemudian, dia mendengar suara jeritan histeris dari dalam salah satu kamar. Serka Chandra mendekati asal suara, dia melihat tersangka sedang melakukan penyekapan terhadap Ayu dengan memegang pisau dan lakban.

Chandra pun langsung berteriak, “jangan bergerak dan tiarap.”

Tersangka mengangkat tangannya dan menjatukan pisau sambil mundur. Namun tak ingin dipenjara, oknum polisi ini menjatuhkan kulkas sebagai penghalang, lalu lari dari pintu belakang melompati pagar.

Melihat kondisi tersebut, Serka Chandra mengejar keluar dan melepaskan dua kali tembakan peringatan ke atas. Dia juga berteriak meminta tolong masyarakat lainnya untuk melakukan pengejaran dan penangkapan.

Masyarakat yang pagi itu akan memulai aktivitas, melihat kondisi tersebut langsung mengepung tersangka yang hendak melarikan diri. Hasilnya, pelaku tertangkap.

Tersangka sempat dipukul warga namun dilindungi Serka Chandra yang kemudian menyerahkannya ke Polres Gayo Lues untuk penyelidikan lebih lanjut.

Sementara korban penyekapan, Ayu mengalami luka gores di lengan tangan bagian kiri. Usai kejadian, korban bersama abangnya membuat laporan ke Mapolres Gayo Lues.

Kepada Rakyat Aceh, Kasie Propam Polres Gayo Lues Ipda EL.Tobing menyebutkan saat ini tersangka sudah diamankan di sel Polres Gayo Lues guna proses selanjutnya. “Tersangka tetap menjalani aturan tindak pidana umum dan setelah itu juga akan diproses tindak Popram,” katanya.

Menurut Tobing, tersangka Bripka Dedi S terancam dipecat, karena selama ini tersangka masih dalam masa pengawasan Propam. “Tersangka merupakan pindahan dari Polres Meulaboh ke Polres Gayo Lues karena dalam masa pembinaan,” pungkasnya. (jpnn)

01:30 ,
Narkoba jenis sabu-sabu seberat Rp20 kilogram senilai Rp400 miliar disita Jajaran Polda Jawa Timur. Ilustrasi/SINDOnews
SURABAYA - Narkoba jenis sabu-sabu seberat Rp20 kilogram senilai Rp400 miliar disita Jajaran Polda Jawa Timur. Sabu-sabu tersebut dimasukkan dalam kemasan snak kentang.

Kapolda Jawa Timur Irjen Pol Mahfud Arifin mengatakan, penyitaan sabu-sabu tersebut berawal dari penangkapan tersangka bernama inisial Yn laki-laki berusia 41 tahun yang menginap di Hotel Fave dalam Kawasan Jalan Tegal Sari Surabaya.

“Setelah dilakukan penggrebekan dan pengembangan polisi kemudian dikembangkan ke daerah Cijantung, Jakarta dan Cilodong, Depok, Jawa Barat lalu didapat 2 kilogram lagi,” kata Kapolda Jatim, Jumat (3/2/2017).

Lalu, kata dia, dikembangkan lagi di tempat penyimpanan gudang polisi berhasil mengamankan 17 kilogram narkotika jenis sabu-sabu dengan tersangka bernama inisial Fl. Selain itu polisi juga mengamankan beberapa tersangka selaku pembantu para bandar termasuk para kurirnya.

“Sehingga total narkotika sabu-sabu yang disita sebanyak 20 kilogram. Sebagian besar sabu-sabu tersebut di masukkan dalam bungkus snak kentang goreng,” timpalnya.

Peredaran narkoba sabu-sabu tersebut dikendalikan oleh bandar dari lapas dan minta bantuan orang lapas lalu disebarkan melalui para kurirnya.

“Narkotika berjenis sabu-sabu tersebut sebanyak 20 kilo gram tersebut nilainya Rp400 miliar dan mampu merusak orang sekitar satu kabupaten,” ujar Kapolda.

Selain sabu-sabu polisi juga mengamankan barang bukti berupa senjata api lengkap dengan pelurunya dan dua jeriken cairan yang diduga untuk membuat sabu-sabu.

“Akibat perbuatannya para tersangka dijerat Pasal 12 ayat 2 tentang peredaran narkoba dengan ancaman hukuman seumur hidup atau pidana 20 tahun penjara,” tandas Kapolda. (Sindonews)
loading...

MKRdezign

Contact Form

Name

Email *

Message *

Powered by Blogger.
Javascript DisablePlease Enable Javascript To See All Widget