Banda Aceh l Diduga, satu dari dua belas payung elektrik di halaman Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh, rusak akibat diterjang angin kencang, Rabu, (31/05/17).
Kejadian itu sempat menjadi viral di media sosial (medsos) serta bahan diskusi hangat sejumlah warga Kota Banda Aceh, di warung-warung kopi, usai melaksanakan shalat tarawih.
"Gawat juga ya. Belum sampai enam bulan sudah rusak. Apa betul hanya gara-gara angin kencang atau kualitas pekerjaan yang kita ragukan," kata Edo, di salah satu warung kopi Ule Kareng Banda Aceh, Rabu malam.
Hasnidar (50), seorang saksi mata menceritakan, sekira pukul 17.00 WIB, ia mendengar teriakan orang dari dalam halaman Masjid Raya Baiturrahman. Selanjutnya, ia melihat semua orang berlarian ke halaman masjid. Akhirnya baru diketahui kalau orang yang berlarian dan memasuki halaman masjid tadi, untuk melihat salah satu payung yang tidak bisa terbuka.
"Banyak orang berlarian melihat kejadian itu, karena suaranya agak sedikit besar. Saya pikir ada apa orang ribut-ribut, ternyata payung itu rusak," ujar Hasnidar, salah satu pedagang kaki lima di depan Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh pada MODUSACEH. CO, Rabu malam, (31/05/17).
Sementara itu, Daniel (37) seorang pekerja dari WIKA membenarkan kejadian rusaknya satu payung elektrik di halaman Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh.
Katanya, saat dibuka payungnya, secara bersamaan datang angin kencang, sehingga moor atau baut yang menjadi penahan di atas payung lepas.
"Karena tak sanggup menahan maka jadi lepas. Anginnya sangat kencang, saya memberikan keterangan ini sesuai yang saya lihat, karena saya sebagai pekerja," ujar Daniel.
Selanjutnya, jelas Daniel atas rusaknya payung elektrik tadi, langsung diperbaiki petugas di lapangan. "Setahu saya inikan masih masa pemeliharaan, jadi langsung diperbaiki," ungkap Daniel.
Daniel juga menyanggah anggapan masyarakat, bahwa kualitas payung yang digunakan kurang bagus.
Menurutnya ia sudah beberapa tahun bekerja di WIKA, termasuk mengerjakan pembangunan payung elektrik di satu masjid di Semarang, Jawa Tengah.
Dan, kualitas payung yang digunakan di Masjid Raya Baiturrahman, sama dengan yang digunakan pada satu masjid di Semarang.
"Jadi anggapan itu tak benar sama sekali, payung ini juga kualitas baik," jelas pria asal Medan itu.
Seperti diketahui, proyek pengembangan Landscape dan Infrastruktur Masjid Raya Baiturrahman, yang di dalamnya termasuk pembangunan 12 unit payung elektrik, menghabiskan dana Rp 458 miliar lebih.
Pembangunannya telah dimulai tahun 2015 dan dikerjakan PT Waskita Karya (WIKA).
Pekerjaan ini dianggap selasai, 13 Mei 2017. Dana proyek ini bersumber dari APBA dan telah diresmikan Wakil Presiden, sekaligus Ketua Dewan Masjid Indonesia M. Yusuf Kalla.
Namun, tak sampai dua bulan berjalan sejak peresmian, berbagai persoalan muncul. Karena itu sebagian masyarakat pantas bertanya. Apa betul faktor angin saja bisa merusak payung, yang konon harga satuannya mencapai puluhan milliar itu? Hanya waktu yang akan menjawab.[modusaceh]
Kejadian itu sempat menjadi viral di media sosial (medsos) serta bahan diskusi hangat sejumlah warga Kota Banda Aceh, di warung-warung kopi, usai melaksanakan shalat tarawih.
"Gawat juga ya. Belum sampai enam bulan sudah rusak. Apa betul hanya gara-gara angin kencang atau kualitas pekerjaan yang kita ragukan," kata Edo, di salah satu warung kopi Ule Kareng Banda Aceh, Rabu malam.
Hasnidar (50), seorang saksi mata menceritakan, sekira pukul 17.00 WIB, ia mendengar teriakan orang dari dalam halaman Masjid Raya Baiturrahman. Selanjutnya, ia melihat semua orang berlarian ke halaman masjid. Akhirnya baru diketahui kalau orang yang berlarian dan memasuki halaman masjid tadi, untuk melihat salah satu payung yang tidak bisa terbuka.
"Banyak orang berlarian melihat kejadian itu, karena suaranya agak sedikit besar. Saya pikir ada apa orang ribut-ribut, ternyata payung itu rusak," ujar Hasnidar, salah satu pedagang kaki lima di depan Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh pada MODUSACEH. CO, Rabu malam, (31/05/17).
Sementara itu, Daniel (37) seorang pekerja dari WIKA membenarkan kejadian rusaknya satu payung elektrik di halaman Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh.
Katanya, saat dibuka payungnya, secara bersamaan datang angin kencang, sehingga moor atau baut yang menjadi penahan di atas payung lepas.
"Karena tak sanggup menahan maka jadi lepas. Anginnya sangat kencang, saya memberikan keterangan ini sesuai yang saya lihat, karena saya sebagai pekerja," ujar Daniel.
Selanjutnya, jelas Daniel atas rusaknya payung elektrik tadi, langsung diperbaiki petugas di lapangan. "Setahu saya inikan masih masa pemeliharaan, jadi langsung diperbaiki," ungkap Daniel.
Daniel juga menyanggah anggapan masyarakat, bahwa kualitas payung yang digunakan kurang bagus.
Menurutnya ia sudah beberapa tahun bekerja di WIKA, termasuk mengerjakan pembangunan payung elektrik di satu masjid di Semarang, Jawa Tengah.
Dan, kualitas payung yang digunakan di Masjid Raya Baiturrahman, sama dengan yang digunakan pada satu masjid di Semarang.
"Jadi anggapan itu tak benar sama sekali, payung ini juga kualitas baik," jelas pria asal Medan itu.
Seperti diketahui, proyek pengembangan Landscape dan Infrastruktur Masjid Raya Baiturrahman, yang di dalamnya termasuk pembangunan 12 unit payung elektrik, menghabiskan dana Rp 458 miliar lebih.
Pembangunannya telah dimulai tahun 2015 dan dikerjakan PT Waskita Karya (WIKA).
Pekerjaan ini dianggap selasai, 13 Mei 2017. Dana proyek ini bersumber dari APBA dan telah diresmikan Wakil Presiden, sekaligus Ketua Dewan Masjid Indonesia M. Yusuf Kalla.
Namun, tak sampai dua bulan berjalan sejak peresmian, berbagai persoalan muncul. Karena itu sebagian masyarakat pantas bertanya. Apa betul faktor angin saja bisa merusak payung, yang konon harga satuannya mencapai puluhan milliar itu? Hanya waktu yang akan menjawab.[modusaceh]
loading...
Post a Comment