Muhammad Adam, taruna Akpol yang tewas di tangan seniornya (REPRO FEDRIK TARIGAN) |
Biografi - Kasus meninggalnya taruna di sekolah kedinasan kembali terulang. Kasus terbaru dialami oleh Brigadatar Mohammad Adam, taruna tingkat dua, Akademi Kepolisian (Akpol) Semarang Jawa Tengah (Jateng) yang meninggal akibat penganiayaan yang diterima dari para seniornya.
Terulangnya kasus serupa akibat dari kebiasaan "pembinaan" yang bernuansa perpeloncoan yang selama ini kerap terjadi di sekolah kedinasan. Menurut Anggota Komisi X DPR Dadang Rusdiana selama ini tradisi menyiksa junior oleh para senior sudah menjadi kebiasaan di sekolah kedinasan.
Kebiasaan itu harus dihilangkan. Upayanya dapat dilakukan oleh pengawas atau pembina di kampus sekolah dengan memberikan pengawasan superketat. Lalu disertai dengan pembinaan mental lainnya. "Penanaman nilai-nilai diperlukan di dalam proses pembelajaran maupun di luar proses pembelajaran," kata Dadang kepada JawaPos.com, Jumat (19/5).
Lebih jauh dia menuturkan, kasus ini terjadi tidak terlepas dari dugaan pembiaraan atau ketidakawasan dari pembina. Jika di sekolah kedinasan sudah ada pengawasan super ketat, maka kasus penyiksaan tidak akan terjadi. "Pengawasan di kehidupan berasrama harus terkendali dengan baik," tegas.
Sebelumnya, Brigdatar Mohammad Adam taruna Akpol meninggal dunia pada Kamis dini hari (18/5) sekira pukul 02.30 WIB. Diduga Adam menjadi korban pengeroyokan oleh para seniornya.
Kabid Humas Polda Jawa Tengah, Kombes Djarod Padakova mengaku pada jenazah Adam ada bekas luka lebam di bagian dada dan jari tangannya. Sehingga dia menduga ada luka lebab itu di bagian dada menimbulkan kerusakan pada kedua paru-paru korban yang menimbulkan kekurangan oksigen. (jawapos/JPG)
Terulangnya kasus serupa akibat dari kebiasaan "pembinaan" yang bernuansa perpeloncoan yang selama ini kerap terjadi di sekolah kedinasan. Menurut Anggota Komisi X DPR Dadang Rusdiana selama ini tradisi menyiksa junior oleh para senior sudah menjadi kebiasaan di sekolah kedinasan.
Kebiasaan itu harus dihilangkan. Upayanya dapat dilakukan oleh pengawas atau pembina di kampus sekolah dengan memberikan pengawasan superketat. Lalu disertai dengan pembinaan mental lainnya. "Penanaman nilai-nilai diperlukan di dalam proses pembelajaran maupun di luar proses pembelajaran," kata Dadang kepada JawaPos.com, Jumat (19/5).
Lebih jauh dia menuturkan, kasus ini terjadi tidak terlepas dari dugaan pembiaraan atau ketidakawasan dari pembina. Jika di sekolah kedinasan sudah ada pengawasan super ketat, maka kasus penyiksaan tidak akan terjadi. "Pengawasan di kehidupan berasrama harus terkendali dengan baik," tegas.
Sebelumnya, Brigdatar Mohammad Adam taruna Akpol meninggal dunia pada Kamis dini hari (18/5) sekira pukul 02.30 WIB. Diduga Adam menjadi korban pengeroyokan oleh para seniornya.
Kabid Humas Polda Jawa Tengah, Kombes Djarod Padakova mengaku pada jenazah Adam ada bekas luka lebam di bagian dada dan jari tangannya. Sehingga dia menduga ada luka lebab itu di bagian dada menimbulkan kerusakan pada kedua paru-paru korban yang menimbulkan kekurangan oksigen. (jawapos/JPG)
loading...
Post a Comment