Biografi - Jauh sebelum Indonesia berpeluang menjadi negara utuh yang berdiri sendiri dan berdaulat penuh, Sunario Sastrowardoyo sudah memikirkan konsep yang dirasanya paling tepat untuk wilayah luas yang dulu dikenal sebagai Nusantara itu. Mr. Sunario –begitu ia akrab dipanggil– berkeyakinan bahwa Indonesia tidak cocok dijadikan sebagai negara federal. Baginya, negara kesatuan adalah yang paling ideal.
Sunario menguraikan itu saat menjadi pembicara di Kongres Pemuda II pada 27-28 Oktober 1928 di Jakarta. Mengutip pemikiran filsuf Prancis, Ernest Renant, dalam artikel berjudul “Qu'est-ce Qu'une Nation”, ia tidak sepakat dengan konsep negara federal dengan memaparkan kemajemukan yang dimiliki bangsa Indonesia.
Berbicara pada sesi terakhir di depan peserta kongres melalui pidatonya yang bertajuk "Pergerakan Pemuda dan Persatuan Indonesia”, Sunario berkeyakinan bahwa perbedaan ras, bahasa, agama, kepentingan, hingga melimpahnya sumber daya alam akan membuat bangsa ini lebih kuat jika punya keinginan untuk hidup bersama, atau dalam istilah Renant: le desir de vivre ensemble. Selanjutnya
Sunario menguraikan itu saat menjadi pembicara di Kongres Pemuda II pada 27-28 Oktober 1928 di Jakarta. Mengutip pemikiran filsuf Prancis, Ernest Renant, dalam artikel berjudul “Qu'est-ce Qu'une Nation”, ia tidak sepakat dengan konsep negara federal dengan memaparkan kemajemukan yang dimiliki bangsa Indonesia.
Berbicara pada sesi terakhir di depan peserta kongres melalui pidatonya yang bertajuk "Pergerakan Pemuda dan Persatuan Indonesia”, Sunario berkeyakinan bahwa perbedaan ras, bahasa, agama, kepentingan, hingga melimpahnya sumber daya alam akan membuat bangsa ini lebih kuat jika punya keinginan untuk hidup bersama, atau dalam istilah Renant: le desir de vivre ensemble. Selanjutnya
loading...
Post a Comment