Seorang netizen yang cukup aktif di dunia maya, Canny Watae, di laman Facebook miliknya menganalisa kabar yang baru-baru ini beredar luas di tengah masyarakat mengenai keberhasilan Joko Widodo ditetapkan Bloomberg sebagai pemimpin terbaik di kawasan Asia Pasifik.
Canny tidak menelan informasi itu begitu saja. Dia menelusuri pesan-pesan kunci dari kabar yang disebarkan itu dan akhirnya menyimpulkan bahwa kabar yang disebarkan itu tidak sespektakuler yang dibayangkan.
Berikut analisa Canny Watae seperti diambil dari laman Facebook Canny Watae beberapa saat lalu:
SEHARI dua hari ini, saya membaca kabar di medsos bahwa Jokowi dinobatkan menjadi pemimpin kawasan Asia Pasifik terbaik untuk tahun 2016.
Benarkah?
Saya buka situs Bloomberg, media yang dikatakan para penyebar kabar sebagai sumber informasi. Lalu saya googling judul pemberitaan yang terkait. Hasilnya? Ternyata, sama dan senada dengan para pekabar medsos, sejumlah situs berbahasa Indonesia (termasuk dari sebuah media nasional yang sudah tidak saya baca lagi) menulis bunyi serupa: Terbaik.
Ada semacam koor satu irama bahwa Bloomberg "menobatkan Jokowi" sebagai "yang terbaik" tahun 2016 di kawasan Asia Pasifik.
Padahal, sumber informasi awal, yaitu Bloomberg, bukan berbicara soal siapa yang "terbaik" dalam artikel yang di-publish dalam bahasa Inggris itu.
Judulnya saja berbunyi: "Who's Had the Worst Year?".
Dalam bahasa kita sehari-hari artinya adalah: Siapakah yang mengalami tahun terburuk kali ini?
Judul bernada "sial" ini diperkuat dengan anak kalimat How Asian Leaders Fared in 2016� yang berarti "Gambaran nasib para pemimpin Asia tahun 2016".
Pula, pada bagian kickers (kaki judul) editor Bloomberg mencantumkan:
And some of the headaches they face in 2017�, alias: "Dan sejumlah 'sakit kepala' yang dihadapi tahun 2017".
Jadi, sama sekali tidak ada nobat-nobatan bersubyek "terbaik" pada artikel itu. Atau, sebagai hadiah hiburan belaka, dapat saja dikatakan "Siapa yang terbaik di antara yang terburuk". (rmol)
loading...
Post a Comment