AKBP Nanang Haryono SH. SIK. MSi |
Sebut saja kasus perampokan truk muatan barang di Kendal yang mampu diungkap hanya dengan waktu tiga jam, penipuan dengan modus penggandaan uang di Cilacap ala Dimas Kanjeng.
Hingga yang terakhir adalah penangkapan Sulisno, pecatan TNI yang menjadi kepala rampok di Jawa Tengah, yang terkenal bengis dan tidak segan-segan membunuh korbanya.
Dibalik kesusksesan Polda Jawa Tengah, mengungkap berbagai macam kasus kejahatan, ada sosok yang selalu hadir di barisan depan dalam setiap pengusutan kasus, dia adalah AKBP Nanang Haryono
Bercerita soal penangkapan pelaku kejahatan, ada salah satu pengalaman menegangkan yang tidak bisa dilupakan oleh anggota Perwira menengah Polri yang lulus dari Akpol tahun 2000 ini.
Pengalaman tersebut terjadi saat Nanang bertugas sebagai Kasat Reskrim Polres Muaro Jambi, sekitar tahun 2003 silam.
Pada waktu itu, Nanang yang masih berpangkat Ajun Komisaris Polisi (AKP) dihadapkan dengan kejahatan berupa perampokan yang disertai dengan pembunuhan dan pemerkosaan.
Pelakunya adalah pria bernama Simat Kebal, dijuluki demikian, karena pelaku merupakan penjahat yang terkenal memiliki ilmu kesaktian yang tidak mempan ditembak peluru.
“Meski mendapat cerita seperti itu, saya tidak gentar. Niat saya adalah untuk menumpas kejahatan. Apalagi pelaku ini terkenal sangat kejam,” ujar pria kelahiran 8 maret 1977 tersebut mengawali kisahnya kepada mediatama.co, Rabu (26/10).
Berbekal informasi keberadaan pelaku, Nanang bersama dengan anggotanya kemudian menyusun strategi untuk meringkus pelaku yang diketahui berada di sebuah rumah di Desa Sebrang, Kabupaten Muaro Jambi, tidak jauh dari aliran sungai Batanghari.
Menjelang malam tiba, Nanang sudah mengepung rumah persembunyian Simat Kebal. Tepat tengah malam, Nanang langsung menggerebek rumah tersebut.
Namun entah ilmu hitam apa yang dimiliki Simat Kebal, meski sudah terkepung belasan petugas bersenjata, pelaku yang juga buronan polisi di berbagai daerah mulai Riau, Palembang, hingga Jakarta atas kasus yang sama tersebut bisa meloloskan diri keluar dari rumah dan langsung menghilang usai terjun kedalam Sungai Batanghari.
“Padahal waktu itu saya yakin pelaku akan berhasil saya ringkus, namun pelaku berhasil kabur meski beberapa peluru anggotanya mengenai tubuh pelaku,” kenang Nanang.
Usai penggrebekan pertama tersebut, Simat Kebal yang kemudian diketahui keberadaanya di daerah Palembang ini seakan tahu dan selalu bisa meloloskan diri saat hendak diringkus petugas.
Perburuan terhadap Simat Kebal yang berlangsung berminggu-minggu ini sempat membuat Nanang dan anggotanya sedikit putus asa.
“Ini pengalaman yang paling menguras tenaga dan pikiran saya mas. Berminggu-minggu saya meninggalkan anak istri. Tapi tekad saya sudah bulat, pelaku harus saya tangkap,” katanya.
Ditengah keputusasaan menghadapi perampok yang memiliki ilmu hitam tersebut, Nanang kemudian mencoba menemui seorang rekanya yang kebetulan merupakan guru agama untuk memita saran. Saran dari sang Kyai inilah yang kemudian berhasil melumpuhkan Simat Kebal.
“Kebetulan saya punya teman seorang guru agama, saya temui dan meminta saran untuk mengatasi ilmu kebal pelaku,” terangnya.
Berbekal persiapan matang dan saran dari sang Kyai, Nanang kemudian berangkat menuju tempat persembunyian pelaku yang terakhir diketahui berada di daerah pinggiran Palembang.
“Berhari-hari kita intai dia. Saya dan anggota secara bergantian sampai menyamar sebagai tukang bakso,” ujarnya sambil tersenyum.
Yakin jika Simat Kebal bersembunyi di rumah milik istrinya. Nanang kemudian bersiap diri bersama anggotanya dengan membawa senjata lengkap. Mendekati waktu subuh, Nanang langsung menggrebek rumah persembunyian pelaku.
Kejadian serupa terulang, meski yakin 100 persen pelaku berada didalam rumah, namun petugas tidak mendapati pelaku. Beruntung, salah seorang anggota yang tengah berjaga diluar melihat kelebatan pelaku dari belakang bagian rumah.
“Pelaku lari di belakang komandan,” teriak salah seorang anggota yang dibarengi dengan tembakan kearah pelaku.
Meski jelas-jelas terkena tembakan, anehnya pelaku terus berlari seperti tidak terjadi dan terkena apa-apa. Tak ingin burunya kembali lolos, Nanang bersama anggotanya pun terus mengejar hingga kemudian berhasil mengepung Simat Kebal.
Bukanya menyerah, pelaku yang sudah terkepung belasan petugas kepolisian ini malah menantang anggota untuk menembaknya.
“Ayo tembak, ayo…Kita duel kalau berani,” ujar Nanang menirukan ucapan pelaku waktu itu.
Sadar pelaku adaah orang yang berbahaya, Nanang tidak mau mengambil resiko yang bisa membahayakan keselamatan dirinya serta anggotanya. Kemudian Dor…dor..Peluru dari belasan anggota kepolisian ini kemudian silih berganti menerjang tubuh Simat Kebal.
“Saya sampai heran mas, seratus lebih peluru itu mengenai kepala hingga kakinya, namun pelaku ini malah mengelurkan suara seperti macan yang sedang mengamuk,” ujarnya.
Ditengah keherananya ini, Nanang kemudian teringat dengan pesan seorang Kyai yang ditemuinya sebelum melakukan penggerebekan.
Nanang kemudian mengambil beberapa butir peluru dan mengusapkanya ke tanah sembari berkata dalam hati ‘DARI TANAH KEMBALI KE TANAH’.
“Bismillah. Dor…dor…dor…, peluru saya langsung menembus tubuh pelaku yang kemudian langsung terkapar,” ujarnya dengan raut wajah serius mengenang saat-saat menegangkan tersebut.
Pelaku yang tersungkur ke tanah tersebut kemudian langsung dilarikan ke rumah sakit terdekat. Naas, Simat Kebal menghembuskan nafas terakhirnya usai ditembus peluru berbalut tanah.
“Sampai saya menjabat sebagai Kasubdit III Jatanras Polda Jateng sekarang, kejadian itu selalu saya ingat,” katanya.
Selama diberikan amanah untuk memerangi kejahatan di wilayah hukum Polda Jateng, Nanang bertekad akan memburu siapapun, mulai dari penjahat kecil maupun penjahat kelas kakap.
“Sesuai dengan slogan Ditreskrimum Polda Jateng yakni Fight Crime, jangan harap bisa leluasa melakukan aksi di Jawa Tengah, karena saya akan memburu kalian,” tutup Nanang. (mediatama)
Oleh: T. Sayed Azhar
loading...
Post a Comment